Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/12/2023, 17:00 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Salju adalah "curah hujan padat" yang terbentuk dalam berbagai kristal es kecil pada suhu jauh di bawah 0 derajat C.

Salju terbentuk ketika kristal-kristal es kecil di awan saling menempel menjadi kepingan salju. Jika cukup banyak kristal yang saling menempel, mereka akan menjadi cukup berat untuk jatuh ke tanah.

Kepingan salju yang turun melalui udara lembap yang sedikit lebih hangat dari 0 °C akan meleleh di sekitar tepinya dan saling menempel sehingga menghasilkan kepingan yang besar.

Sementara itu, kepingan salju yang jatuh melalui udara dingin dan kering menghasilkan butiran salju yang tidak saling menempel.

Baca juga: 10 Miliar Kepiting Salju Menghilang dari Alaska, Ini Penyebabnya

Apakah salju aman untuk dimakan?

Semakin segar saljunya, semakin sedikit kontaminasinya dengan hal-hal seperti ganggang, bakteri, dan polusi.

Namun, karena polusi juga tetap ada di atmosfer, semua salju menangkapnya saat terbentuk.

Saat salju turun di langit, ia dapat mengunci polutan, dan paling umum adalah karbon hitam dari pembangkit listrik tenaga batu bara dan tungku pembakaran kayu.

Dengan demikian, sebaiknya, salju tidak dikonsumsi. Terlebih, salju yang diambil dari jalan atau trotoar dan salju yang telah berubah warna, terutama jika warnanya kuning atau coklat, juga tidak boleh dikonsumsi.

Namun, salju bertindak seperti sikat pembersih saat jatuh ke atmosfer. Jadi, semakin lama salju turun, maka udaranya semakin bersih, begitu juga saljunya.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Salju Abadi Puncak Jaya Terancam Punah

Menurut Laura Martin, asisten profesor di The Ohio State University College of Medicine, salju yang paling aman adalah salju yang turun di kemudian hari atau salju yang turun pada hari yang tidak terlalu berangin.

Selain itu, dibutuhkan banyak energi bagi tubuh untuk mencairkan salju menjadi air, sehingga bisa menyebabkan dehidrasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com