Pemberian suplemen zat besi terkait dengan persentase nyamuk yang terinfeksi lebih rendah setelah mengisap darah serta mengurangi jumlah partikel virus pada nyamuk yang terinfeksi.
Sebaliknya, ketika zat besi serum dinetralkan persentase nyamuk yang terinfeksi meningkat.
Sebuah model ketiga dibuat di mana nyamuk mengisap darah dari tikus yang mengalami kekurangan zat besi. Pada kasus ini prevalensi virus pada nyamuk meningkat.
Kejadian ini terulang kembali saat konsentrasi zat besi dalam darah tikus ditingkatkan yang mengakibatkan penurunan penularan virus oleh nyamuk.
Nyamuk juga mempunyai sistem kekebalan tubuh, sama seperti manusia.
Menyerap zat besi dari darah dan menghasilkan radikal oksigen reaktif untuk melawan patogen termasuk virus demam berdarah.
Baca juga: Pahami 3 Fase Perjalanan Demam Berdarah, Apa Saja?
Ini dapat menjadi penyebab tingginya penularan demam berdarah di negara-negara miskin yang kekurangan zat besi.
Penghua Wang mengusulkan pemberian suplemen zat besi untuk mengurangi penularan demam berdarah kepada nyamuk.
Namun, ada kendala lainnya. Daerah dengan tingkat demam berdarah tinggi juga cenderung memiliki tingkat malaria yang tinggi.
Parasit malaria menyukai zat besi sehingga pemberian suplemen zat besi dapat memperburuk prevalensi malaria.
Sebelum memberikan suplemen zat besi berdasarkan populasi perlu dikembangkan model yang mempertimbangkan semua faktor yang memengaruhi situasi ini.
Meskipun demikian, penelitian ini akan membantu memahami penyebaran demam berdarah dan mendorong pengembangan pendekatan baru untuk mengendalikan penyakit ini.
Penemuan ini juga dapat bermanfaat dalam mengatasi infeksi virus lain yang ditularkan melalui serangga, seperti Zika dan West Nile.
Baca juga: Kasus DBD Meningkat, Ini Vaksin untuk Cegah Demam Berdarah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.