Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penderita Anemia Berkontribusi Tingkatkan Risiko Penyebaran DBD

KOMPAS.com - Dengue Fever (DBD) telah lama menjadi perhatian kesehatan masyarakat di berbagai belahan dunia.

Penyakit ini menyebabkan sekitar 60 juta kasus per tahun dengan 18 persen memerlukan rawat inap dan sekitar 13.600 kematian, dikutip dari Science Daily edisi (16/9/2019).

Selama ini, faktor-faktor yang meningkatkan risiko penyebaran DBD telah menjadi fokus utama dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir munculnya sebuah hubungan yang menarik perhatian para peneliti dan praktisi kesehatan yaitu korelasi antara penderita anemia dan peningkatan risiko penyebaran DBD.

Kadar zat besi rendah memudahkan infeksi DBD

Dilansir dari News Medical Life Sciences, Senin (27/11/2023), penelitian mengungkapkan jika seseorang mengalami anemia maka semakin besar kemungkinan untuk menyebarkan demam berdarah.

Hal tersebut dikarenakan nyamuk yang menghisap darah penderita anemia memiliki peluang lebih besar untuk tertular virus tersebut.

"Semakin banyak zat besi dalam darah, semakin sedikit nyamuk yang terinfeksi," kata ahli imunologi UConn Health, Penghua Wang.

Hal ini dilaporkan oleh penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Microbiology pada 2019.

Nyamuk yang menjadi vektor penyebar demam berdarah melakukan tindakan tersebut dengan mengisap darah dari pasien yang terinfeksi sehingga secara tidak sengaja mereka sendiri terinfeksi penyakit tersebut.

Setelah itu nyamuk tersebut dapat menularkan demam berdarah kepada individu yang sehat.

Pembuktian melalui eksperimen

Para peneliti melakukan serangkaian eksperimen untuk membuktikan hal ini.

Mereka menambahkan virus Dengue ke sampel darah segar dari sukarelawan yang sehat, lalu membiarkan nyamuk mengisap sampel tersebut.

Setelah itu, mereka menguji persentase nyamuk yang terinfeksi dalam setiap kelompok.

Hasil eksperimen menunjukkan variasi yang mengejutkan dalam jumlah nyamuk yang terinfeksi per kelompok yang erat terkait dengan konsentrasi zat besi dalam sampel darah.

Pengujian ini kemudian diulang pada model tikus untuk memvalidasi temuan.

Pemberian suplemen zat besi terkait dengan persentase nyamuk yang terinfeksi lebih rendah setelah mengisap darah serta mengurangi jumlah partikel virus pada nyamuk yang terinfeksi.

Sebaliknya, ketika zat besi serum dinetralkan persentase nyamuk yang terinfeksi meningkat.

Sebuah model ketiga dibuat di mana nyamuk mengisap darah dari tikus yang mengalami kekurangan zat besi. Pada kasus ini prevalensi virus pada nyamuk meningkat.

Kejadian ini terulang kembali saat konsentrasi zat besi dalam darah tikus ditingkatkan yang mengakibatkan penurunan penularan virus oleh nyamuk.

Suplemen zat besi untuk mengurangi penularan

Nyamuk juga mempunyai sistem kekebalan tubuh, sama seperti manusia.

Menyerap zat besi dari darah dan menghasilkan radikal oksigen reaktif untuk melawan patogen termasuk virus demam berdarah.

Ini dapat menjadi penyebab tingginya penularan demam berdarah di negara-negara miskin yang kekurangan zat besi.

Penghua Wang mengusulkan pemberian suplemen zat besi untuk mengurangi penularan demam berdarah kepada nyamuk.

Namun, ada kendala lainnya. Daerah dengan tingkat demam berdarah tinggi juga cenderung memiliki tingkat malaria yang tinggi.

Parasit malaria menyukai zat besi sehingga pemberian suplemen zat besi dapat memperburuk prevalensi malaria.

Sebelum memberikan suplemen zat besi berdasarkan populasi perlu dikembangkan model yang mempertimbangkan semua faktor yang memengaruhi situasi ini.

Meskipun demikian, penelitian ini akan membantu memahami penyebaran demam berdarah dan mendorong pengembangan pendekatan baru untuk mengendalikan penyakit ini.

Penemuan ini juga dapat bermanfaat dalam mengatasi infeksi virus lain yang ditularkan melalui serangga, seperti Zika dan West Nile.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/12/04/080000723/penderita-anemia-berkontribusi-tingkatkan-risiko-penyebaran-dbd-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke