Mengingat itu, ada kemungkinan bahwa patogen yang jarang diketahui pada gajah ini mungkin menjadi faktor lain terhadap populasi mereka.
Steinbach mengatakan, saat ini, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari bakteri ini dan implikasi jangka panjangnya terhadap populasi gajah Afrika dan satwa liar lainnya.
Sebelumnya, pada bulan September 2020, di bawah tekanan internasional yang kuat dari para pegiat konservasi, pihak berwenang Botswana mengumumkan bahwa mereka telah mengidentifikasi penyebab kematian ratusan gajah, yakni neurotoksin cyanobacteria.
Racun tersebut dikeluarkan oleh ganggang biru-hijau yang tumbuh di air yang tergenang. Neurotoksin cyanobacteria menyerang sistem saraf jika tertelan.
Baca juga: Selain Cerdas, Gajah Punya Ingatan yang Sangat Kuat
Namun, peninjauan dokumen dan wawancara dengan penyelidik oleh National Geographic selama 14 bulan menemukan, banyak bukti yang mengarah pada diagnosis tersebut tidak dapat diandalkan.
Beberapa ahli dari luar dan pejabat di laboratorium yang melakukan analisis pun mengatakan, pengujian terhadap berbagai kemungkinan penyebab kematian, termasuk cyanobacteria, tidak meyakinkan dan bukti-bukti telah rusak serta salah penanganan, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa apa pun yang membunuh gajah dapat menjadi ancaman lagi di kemudian hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.