Penyemaian benih dapat dilakukan pada campuran media sphagnum moss dan cacahan pakis dengan perbandingan 1:1. Campuran dua bahan ini dimaksudkan untuk mengontrol aerasi dan kelembapan selama proses penyemaian.
Namun metode ini kurang populer dilakukan karena benih kantong semar bersifat rekalsitran atau akan mengalami penurunan kualitas pasca pemanenan.
Perbanyakan kantong semar selanjutnya adalah dengan metode stek terhadap kantong semar dewasa yang batangnya sudah cukup panjang. Stek dilakukan pada bagian pucuk atau batang segar yang masih hijau.
Media pertumbuhan dapat berupa campuran cocopeat, arang sekam, sphagnum moss, dan cacahan pakis dengan komposisi 1:1:2:1.
Umumnya pada kantong semar dewasa akan tumbuh anakan-anakan. Pemisahan anakan ini juga merupakan metode memperbanyak kantong semar.
Pemisahan dilakukan terhadap anakan kantong semar yang sudah memiliki perakaran sendiri. Media pertumbuhannya adalah campuran cocopeat, arang sekam, sphagnum moss, dan cacahan pakis dengan komposisi 1:1:1:1.
Baca juga: Sejarah Bunga Bangkai, Tanaman Endemik Sumatera Asli Indonesia
Selain itu, teknik kultur jaringan juga umum digunakan untuk memperbanyak kantong semar. Keunggulan metode ini adalah dapat memproduksi bibit kantong semar dalam jumlah besar namun dengan waktu yang cukup singkat.
Tantangan metode ini justru dirasakan pada saat proses aklimatisasi, yaitu tahap adaptasi peralihan bibit hasil perbanyakan kultur jaringan (planlet) ke lingkungan autotrof (membuat makanan sendiri).
Untuk menjaga kelembapan, platlet disungkup selama 1-2 bulan atau sampai muncul daun-daun baru.
Elga Renjana, M.Si
Peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan – BRIN