Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penyelamatan Nepenthes rigidifolia, Kantong Semar Asli Sumatera Utara

Oleh: Elga Renjana, M.Si

NEPENTHES adalah kelompok tumbuhan yang populer dengan sebutan kantong semar. Tumbuhan ini memiliki kantong yang merupakan hasil modifikasi bagian ujung daun.

Kantong ini merupakan perangkap pasif berisi cairan enzim yang mencerna serangga atau hewan yang masuk dan terperangkap di dalamnya. Hal tersebutlah yang menjadikan Nepenthes termasuk dalam tumbuhan karnivora.

Pulau Sumatera dikenal sebagai salah satu surga Nepenthes. Sedikitnya terdapat 38 jenis Nepenthes yang tersebar di kawasan hutan Sumatera. Sekitar 33 jenis di antaranya merupakan tumbuhan asli (endemik) Sumatera, salah satunya adalah Nepenthes rigidifolia.

Di Sumatera Utara, masyarakat tanah Karo mengenal N. rigidifolia dengan sebutan Takur-takur.

Kantong semar ini pertama kali diidentifikasi oleh Pitra Akhriadi dan rekannya pada tahun 2003 saat melakukan eksplorasi di sekitar Sidikalang, Sumatera Utara. Hingga saat ini, belum ada catatan terbaru mengenai temuan N. rigidifolia di luar Sumatera Utara.

Karakteristik N. rigidifolia

Sesuai namanya, ciri khas N. rigidifolia terletak pada daunnya yang kaku (rigid = kaku, folia = daun).

Namun pesona kantong semar ini justru terdapat pada bagian kantong yang berwarna cokelat kehitaman dengan motif bercak putih kehijauan. Keunikan kantong semar ini juga tampak pada bagian bibir (peristome) berwarna merah marun dengan takik (tonjolan) di bagian depan.

Keindahan tersebut membuat para pecinta Nepenthes saling berlomba untuk memilikinya, sehingga terjadi eksploitasi N. rigidifolia yang menekan populasi di habitat alaminya.

Status kelangkaan N. rigidifolia

Mengutip data The Internasional Union for Conservation of Nature’s Red List of Threatened Species (IUCN), N. rigidifolia terdaftar sebagai tumbuhan kritis terancam punah (critically endangered) sejak tahun 2013.

Posisi tersebut tetap bertahan sampai saat ini karena populasi N. rigidifolia tidak mengalami peningkatan signifikan.

Kantong semar ini juga terdaftar dalam The Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) dengan kategori Appendix I dan II, artinya diperlukan pengaturan dalam perdagangan N. rigidifolia agar tidak terancam punah.

Maka tak heran, di Indonesia N. rigidifolia termasuk dalam 59 jenis kantong semar yang dilindungi sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.

Ekspedisi penyelamatan N. rigidifolia

Pada bulan Mei 2023, tim periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan ekspedisi ke Sumatera Utara untuk mengonservasi N. rigidifolia.

Ekspedisi ini didanai oleh The Mohamed Bin Zayed Species Conservation Fund, sebuah hibah yang diproyeksikan untuk kegiatan-kegiatan konservasi spesies paling terancam di dunia.

Dipandu oleh Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DLHK) Provinsi Sumatera Utara, tim periset BRIN (Elga Renjana, Linda Wige Ningrum, Angga Yudaputra, Joko R. Witono, dan Harto) mengeksplor kawasan-kawasan hutan di Kabupaten Karo, Dairi, Pakpak Bharat, hingga Simalungun.

Bibit N. rigidifolia akan dikonservasi di luar habitat aslinya (ex situ) tepatnya di Kebun Raya Indonesia, untuk diteliti dan diperbanyak sebagai cadangan plasma nutfah apabila populasi pada habitat asli sudah tidak kondusif.

Selama dua pekan ekspedisi, N. rigidifolia hanya ditemukan di kawasan hutan dataran tinggi Kabupaten Karo.

Sayangnya jumlah populasi kantong semar ini masih tergolong rendah, bahkan tumbuh merambat di pepohonan pada area bertebing yang curam dan posisinya cukup dekat dengan jalan raya.

Kondisi tersebut semakin mengancam populasi kantong semar ini karena rawan longsor, terjadi pelebaran jalan, dan mudah diakses penduduk. Berdasarkan kondisi habitat dan ditambah perburuan N. rigidifolia yang cukup masif, kelestarian kantong semar ini penting untuk diperhatikan.

Khususnya oleh pihak pemerintah yang berwenang atas kawasan hutan yang menjadi habitat jenis-jenis kantong semar Sumatera. Selain pemerintah, masyarakat lokal juga perlu dilibatkan dalam upaya menjaga kelestarian N. rigidifolia sebagai salah satu kekayaan hayati Sumatera Utara.

Diseminasi konservasi N. rigidifolia

Pada ekspedisi ini, tim periset BRIN juga mengadakan forum diskusi dengan masyarakat tanah Karo yang sekaligus penangkar tumbuhan. Selama diskusi, diperoleh informasi bahwa dahulu masyarakat lokal memanfaatkan kantong semar sebagai wadah membuat lontong.

Namun kebiasaan tersebut sudah mereka tinggalkan dan beralih menjual kantong semar sebagai tanaman hias. Biasanya untuk memenuhi pesanan kantong semar, masyarakat mengambil secara langsung dari hutan tanpa ada aktivitas perbanyakan bibit.

Apabila kebiasaan ini terus diabaikan, maka populasi N. rigidifolia di alam liar semakin terancam. Mirisnya, kantong semar ini justru mereka jual dengan harga yang cukup rendah, bahkan mereka tidak tahu bahwa kantong semar tersebut langka.

Mengutip salah satu situs nursery kantong semar di Malaysia, bibit N. rigidifolia mencapai harga satuan jual $86 atau sekitar Rp 1.300.000,00.

Melalui forum diskusi, tim periset BRIN berbagi informasi tentang status kelangkaan jenis-jenis kantong semar di Sumatera Utara, khususnya N. rigidifolia. Masyarakat juga diajarkan cara membudidayakan kantong semar yang baik dan benar.

Hal ini dimaksudkan agar masyarakat yang biasa menjual kantong semar tidak lagi mengambil secara langsung dari hutan, tetapi dengan memperbanyak bibit kantong semar terlebih dahulu.

Selain itu, sebagian bibit kantong semar hasil budidaya tersebut diharapkan dapat dikembalikan ke hutan sebagai bentuk kepedulian dan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kantong semar di Sumatera Utara.

Terdapat berbagai cara untuk memperbanyak tanaman kantong semar. Cara pertama adalah perbanyakan melalui benih. Benih ini diperoleh melalui proses penyerbukan bunga betina dengan serbuk sari (pollen) bunga jantan.

Penyemaian benih dapat dilakukan pada campuran media sphagnum moss dan cacahan pakis dengan perbandingan 1:1. Campuran dua bahan ini dimaksudkan untuk mengontrol aerasi dan kelembapan selama proses penyemaian.

Namun metode ini kurang populer dilakukan karena benih kantong semar bersifat rekalsitran atau akan mengalami penurunan kualitas pasca pemanenan.

Perbanyakan kantong semar selanjutnya adalah dengan metode stek terhadap kantong semar dewasa yang batangnya sudah cukup panjang. Stek dilakukan pada bagian pucuk atau batang segar yang masih hijau.

Media pertumbuhan dapat berupa campuran cocopeat, arang sekam, sphagnum moss, dan cacahan pakis dengan komposisi 1:1:2:1.

Umumnya pada kantong semar dewasa akan tumbuh anakan-anakan. Pemisahan anakan ini juga merupakan metode memperbanyak kantong semar.

Pemisahan dilakukan terhadap anakan kantong semar yang sudah memiliki perakaran sendiri. Media pertumbuhannya adalah campuran cocopeat, arang sekam, sphagnum moss, dan cacahan pakis dengan komposisi 1:1:1:1.

Selain itu, teknik kultur jaringan juga umum digunakan untuk memperbanyak kantong semar. Keunggulan metode ini adalah dapat memproduksi bibit kantong semar dalam jumlah besar namun dengan waktu yang cukup singkat.

Tantangan metode ini justru dirasakan pada saat proses aklimatisasi, yaitu tahap adaptasi peralihan bibit hasil perbanyakan kultur jaringan (planlet) ke lingkungan autotrof (membuat makanan sendiri).

Untuk menjaga kelembapan, platlet disungkup selama 1-2 bulan atau sampai muncul daun-daun baru.

Elga Renjana, M.Si
Peneliti Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan – BRIN

https://www.kompas.com/sains/read/2023/07/24/123300923/penyelamatan-nepenthes-rigidifolia-kantong-semar-asli-sumatera-utara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke