KOMPAS.com - Perilaku pasif-agresif didefinisikan sebagai perilaku yang tampaknya tidak berbahaya atau tidak disengaja, tetapi secara tidak langsung menampilkan motif agresif.
Orang yang pasif-agresif secara tidak langsung agresif. Misalnya, perilaku pasif-agresif dapat muncul dalam bentuk penolakan terhadap permintaan orang lain dengan menunda-nunda, menunjukkan kekesalan, atau bertindak keras kepala.
Dilansir dari Medical News Today, beberapa risiko agresi pasif meliputi:
Dalam studi tahun 2018 ditemukan bahwa pasif-agresif dapat menghancurkan kepercayaan.
Ini bisa jadi karena pasif-agresif sulit untuk ditangani secara langsung sehingga berpotensi mengikis rasa percaya.
Baca juga: Apa Dampak Tidur Hanya 6 Jam Sehari bagi Kesehatan?
Tindakan pasif-agresif bisa sama menegangkannya dengan agresi yang lebih khas. Selain itu, seseorang mungkin mengalami stres karena berusaha untuk mengenali atau menanggapi agresi dengan tepat.
Pasif-agresif menyembunyikan niat agresif seseorang, yang dapat mempersulit orang di sekitar mereka untuk mengenali dan merespons emosi mereka.
Selain itu, keinginan untuk menyampaikan agresi tanpa komunikasi atau akuntabilitas dapat merusak hubungan.
Pasif-agresif adalah upaya untuk menghindari komunikasi emosi seseorang secara langsung. Ini dapat memengaruhi komunikasi hubungan secara negatif, terutama ketika seseorang menyangkal niat agresifnya.
Baca juga: 3 Dampak Buruk Terlalu Kurus bagi Kesehatan
Seseorang dapat menanggapi pasif-agresif dengan agresi yang lebih pasif atau meningkat menjadi agresi terbuka.
Pasif-agresif dapat menjadi gejala dan berkontribusi kesehatan mental yang buruk. Orang yang terpapar agresi pasif juga mungkin mengalami tingkat stres yang tinggi.
Dilansir dari Verywell Mind, langkah pertama untuk menghadapi orang yang pasif-agresif adalah mengenali tanda-tanda perilaku tersebut.
Merengek, menunda-nunda, menarik diri, dan menolak untuk berkomunikasi adalah contoh perilaku pasif-agresif.
Baca juga: Apa Saja Dampak Melewatkan Makan bagi Kesehatan?
Ketika orang lain mulai bertindak sedemikian rupa, cobalah untuk menahan amarah. Alih-alih, tunjukkan perasaan orang lain dengan cara yang tidak menghakimi, namun faktual.
Misalnya, jika berurusan dengan seorang anak yang jelas-jelas kesal karena harus melakukan pekerjaan rumah, kita bisa berkata, "Kamu sepertinya marah karena aku memintamu membersihkan kamarmu."
Menangani perilaku tanpa menunjuk atau menyalahkan dapat membuat mereka lebih mudah untuk terbuka.
Hal ini juga membuat mereka tahu bahwa kita mengenali agresivitas pasif dan tidak akan membiarkannya tanpa berbicara terlebih dahulu.
Terakhir, berikan kesempatan kepada orang tersebut untuk mengatasi perasaannya. Beri mereka ruang yang mereka butuhkan untuk mengetahui emosi mereka dan menanganinya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.