Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Nyata, Hampir Dua Pertiga Habitat Gajah Hilang di Seluruh Asia

Kompas.com - 03/05/2023, 10:04 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Sumber CNN

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menunjukkan gajah telah kehilangan hampir dua pertiga habitatnya di seluruh Asia.

Hal tersebut akibat penggundulan hutan selama ratusan tahun dan meningkatnya penggunaan lahan oleh manusia untuk pertanian dan infrastruktur.

Baca juga: Apakah Peran Gajah untuk Menyelamatkan Bumi?

Meningkatkan konflik gajah vs manusia

Gajah Asia, terdaftar sebagai satwa yang terancam punah.

Gajah Asia ditemukan di 13 negara di benua Asia, dan sayangnya menurut peneliti habitat hutan dan padang rumput mereka telah terkikis lebih dari 64 persen atau setara dengan 3,3 juta kilometer persegi daratan sejak tahun 1700.

Hilangnya habitat dalam skala besar ini pada akhirnya juga meningkatkan potensi konflik antara gajah dan manusia.

"Kekhawatiran saya adalah kita akan mencapai titik kritus di mana budaya non-konfrontasi satu sama lain digantikan oleh budaya antagonisme dan kekerasaan oleh kedua spesies. Kita harus meredakan situasi tersebut," kata Shermin de Silva, ahli biologi dan ilmuwan konservasi dari University of California, San Diego.

Baca juga: Bagaimana Cara Drone AI Bantu Konservasi Gajah di Alam Liar?

Habitat gajah yang hilang

Mengutip CNN, Selasa (2/4/2023) studi menemukan bahwa penurunan terbesar habitat gajah terjadi di China, di mana 94 persen lahan hilang antara tahun 1700 hingga 2015. Kemudian diikuti oleh India yang kehilangan 86 persen habitat gajah.

Sementara itu, lebih dari separuh habitat gajah yang cocok telah hilang di Bangladesh, Thailand, Vietnam, dan Sumatera di Indonesia.

Sedangkan Bhutan, Nepal, dan Sri Lanka juga mengalami penurunan habitat yang signifikan.

Peneliti menemukan adanya percepatan hilangnya habitat gajah sejak tahun 1700, bertepatan dengan perluasan kolonisasi Eropa di wilayah tersebut.

Selama masa itu, penebangan, pembangunan jalan, ekstraksi sumber daya, dan penggundulan hutan meningkat, dan pertanian menjadi lebih intens di lahan yang mungkin menampung satwa liar.

Di era tersebut juga kita menyaksikan sistem nilai baru, kekuatan pasar, dan kebijakan tata kelola yang menjangkau ke luar kota Eropa ke Asia, mempercepat hilangnya habitat gajah dan fragmentasi spesies.

Baca juga: Apakah Gajah Ingatannya Benar-benar Kuat dan Tidak Pernah Lupa?

"Pada tahun 1700 seekor gajah secara hipotesis dapat melintasi sebanayak 45 persen area yang cocok tanpa gangguan, tetapi pada tahun 2015 ini turun menjadi hanya 7,5 persen," tulis peneliti.

Contohnya saja, India dan Sri Lanka memiliki populasi gajah liar terbesar yang tersisa di Asia Selatan. Namun kedua negara itu 'diubah' oleh pembangunan jalan era kolonial di mana wilayah mereka diubah menjadi perkebunan dan pemukiman.

Dan saat ini, manusia makin berkembang lebih jauh ke ruang-ruang para gajah itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com