Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ancaman Nyata, Hampir Dua Pertiga Habitat Gajah Hilang di Seluruh Asia

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menunjukkan gajah telah kehilangan hampir dua pertiga habitatnya di seluruh Asia.

Hal tersebut akibat penggundulan hutan selama ratusan tahun dan meningkatnya penggunaan lahan oleh manusia untuk pertanian dan infrastruktur.

Meningkatkan konflik gajah vs manusia

Gajah Asia, terdaftar sebagai satwa yang terancam punah.

Gajah Asia ditemukan di 13 negara di benua Asia, dan sayangnya menurut peneliti habitat hutan dan padang rumput mereka telah terkikis lebih dari 64 persen atau setara dengan 3,3 juta kilometer persegi daratan sejak tahun 1700.

"Kekhawatiran saya adalah kita akan mencapai titik kritus di mana budaya non-konfrontasi satu sama lain digantikan oleh budaya antagonisme dan kekerasaan oleh kedua spesies. Kita harus meredakan situasi tersebut," kata Shermin de Silva, ahli biologi dan ilmuwan konservasi dari University of California, San Diego.

Habitat gajah yang hilang

Mengutip CNN, Selasa (2/4/2023) studi menemukan bahwa penurunan terbesar habitat gajah terjadi di China, di mana 94 persen lahan hilang antara tahun 1700 hingga 2015. Kemudian diikuti oleh India yang kehilangan 86 persen habitat gajah.

Sementara itu, lebih dari separuh habitat gajah yang cocok telah hilang di Bangladesh, Thailand, Vietnam, dan Sumatera di Indonesia.

Sedangkan Bhutan, Nepal, dan Sri Lanka juga mengalami penurunan habitat yang signifikan.

Peneliti menemukan adanya percepatan hilangnya habitat gajah sejak tahun 1700, bertepatan dengan perluasan kolonisasi Eropa di wilayah tersebut.

Selama masa itu, penebangan, pembangunan jalan, ekstraksi sumber daya, dan penggundulan hutan meningkat, dan pertanian menjadi lebih intens di lahan yang mungkin menampung satwa liar.

Di era tersebut juga kita menyaksikan sistem nilai baru, kekuatan pasar, dan kebijakan tata kelola yang menjangkau ke luar kota Eropa ke Asia, mempercepat hilangnya habitat gajah dan fragmentasi spesies.

"Pada tahun 1700 seekor gajah secara hipotesis dapat melintasi sebanayak 45 persen area yang cocok tanpa gangguan, tetapi pada tahun 2015 ini turun menjadi hanya 7,5 persen," tulis peneliti.

Contohnya saja, India dan Sri Lanka memiliki populasi gajah liar terbesar yang tersisa di Asia Selatan. Namun kedua negara itu 'diubah' oleh pembangunan jalan era kolonial di mana wilayah mereka diubah menjadi perkebunan dan pemukiman.

Dan saat ini, manusia makin berkembang lebih jauh ke ruang-ruang para gajah itu.

Studi menemukan di negara bagian Assam di India timur, konflik dengan gajah meningkat secara dramatis pada 1980-an, seiring dengan penurunan tutupan hutan di bawah 30 persen hingga 40 persen bentang alam.

Selain itu, masalah politik dan sosial juga berperan terhadap konflik gajah dan manusia.

Selama krisis Rohingya pada tahun 2017, ribuan minoritas Muslim Rohingya dari Myanmar tiba di negara tetangga Bangladesh.

Sekitar 1 juta orang kemudian tinggal di kamp pengungsi terbesar di dunia Cox's Bazar, daerah yang dulunya merupakan hutan dan rumah bagi populasi gajah.

Hilangnya habitat juga berarti gajah bermigrasi dari wilayah biasanya, menciptakan “tantangan bagi komunitas manusia yang memiliki sedikit pengalaman dengan gajah.”

Seperti misalnya yang terjadi pada tahun 2021, jutaan orang terpaku oleh kawanan gajah yang bermigrasi keluar dari kawasan lindung di provinsi Yunnan barat daya China dan berjalan kaki lebih dari 500 kilometer, menginjak-injak tanaman, berkeliaran di kota-kota dan menyebabkan kerusakan senilai lebih dari satu juta dolar.

“Gajah umumnya berumur panjang dan sangat mudah beradaptasi. Jadi ketika mereka kehilangan rumah, mereka pergi mencari yang baru,” kata de Silva.

Studi dipublikasikan di jurnal Scientific Reports.

https://www.kompas.com/sains/read/2023/05/03/100400423/ancaman-nyata-hampir-dua-pertiga-habitat-gajah-hilang-di-seluruh-asia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke