KOMPAS.com - Selama ini kita mungkin berpikir bahwa burung adalah hewan yang tidak berbahaya.
Namun penemuan spesies burung baru di Papua menunjukkan hal yang lain.
Baca juga: Spesies Burung Hantu Baru Ditemukan di Afrika, Punya Suara Unik
Dua spesies burung yang ditemukan selama ekspedisi ke hutan hujan Papua ini ternyata merupakan spesies burung beracun. Ini adalam burung beracun pertama yang identifikasi dalam kurun waktu lebih dari 20 tahun.
Mengutip IFL Science, Rabu (5/4/2023) kedua burung itu adalah burung regent whistler (Pachycephala schlegelii) dan burung bellbird berkepala merah (Aleadryas rufinucha).
Mereka sebenarnya umum ditemukan di bagian dunia ini tetapi baru sekarang diketahui beracun.
Apa yang membuat burung ini beracun adalah mereka dipersenjatai dengan Batrachotoxin, salah satu neurotoksin paling kuat yang diketahui sains.
Racun itu ditemukan pertama kali di katak panah beracun tapi kini ternyata juga ditemukan pada spesies non-amfibi.
Diperkirakan burung mendapatkan racun melalui makanannya yang mengandung racun. Kandungan itu kemudian diserap dan diubah menjadi racun yang dimasukkan ke dalam jaringan mereka serta disimpan di bulu mereka.
Baca juga: Kenapa Burung Beo Bisa Bicara?
Konsentrasi Batrachotoxin yang dapat berakibat fatal bagi manusia karena memicu kejang-kejang hebat dan akhirnya kematian dengan menyebabkan saluran natrium di otot rangka terkunci dalam posisi terbuka.
Ada cukup banyak kandungan Batrachotoxin di kulit katak panah beracun tapi untungya bulu burung hanya dilengkapi kandungna toksin tersebut dengan dosis yang lebih rendah.
Meski begitu, itu mungkin masih cukup untuk bertindak sebagai mekanisme pertahanan walaupun kegunaan Batrachotoxin pada burung tidak diketahui secara pasti.
Peneliti dari Universitas Kopenhagen Kasun Bodawatta yang mengambil sampel burung mengatakan hidung meler dan air mata berlinang saat mencoba mengeluarkan burung dari jaring.
"Anda dapat merasakan sesuatu di mata dan hidung Anda. Seperti memotong bawang," ungkap peneliti dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Mengapa Burung Hantu Memiliki Kaki yang Panjang?
Menurut penduduk setempat, memakan daging burung akan terasa gosong seperti cabai, memegangnya juga tidak menyenangkan.
Ini bisa menunjukkan bahwa burung telah beradaptasi menjadi tidak menarik bagi predator, tetapi penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memastikannya.
Dengan lebih banyak spesies burung beracun untuk dipelajari, para peneliti memiliki lebih banyak pekerjaan rumah di masa depan untuk mencari tahu bagaimana dan mengapa mereka menggunakan racun.
Studi dipublikasikan di Molecular Ecology.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.