Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Cuaca La Nina Berakhir, tapi WMO Peringatkan Potensi El Nino

Kompas.com - 02/03/2023, 11:32 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber PHYSORG

KOMPAS.com - La Nina adalah fenomena cuaca yang menyebabkan kekeringan hingga bencana banjir. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan bahwa fenomena ini akhirnya akan berakhir.

Kendati demikian, badan internasional ini memperingatkan potensi ancaman El Nino mungkin segera terjadi.

Fenomena La Nina yang berangsur menurun telah mendinginkan suhu permukaan yang berdampak luas pada kondisi cuaca global, yang dimulai sejak September 2020.

Terlepas dari efek pendinginan La Nina, tahun 2021 dan 2022, cuaca global cenderung menghangat dibandingkan tahun mana pun sebelum 2015.

Namun, PBB memperingatkan bahwa saat ini fenomena El Nino yang menyebabkan kondisi berkebalikan, diperkirakan bisa terjadi tahun 2023 ini, dilansir dari Phys, Kamis (2/3/2023)

Menurut laporan WMO, La Nina yang menyebabkan dunia mengalami berbagai bencana alam akibat cuaca dan iklim yang luar biasa sulit diatasi, yang berlangsung selama tiga tahun berturut-turut, akhirnya berakhir.

Baca juga: Fenomena Cuaca di Mars, NASA Curiosity Tangkap Penampakan Setan Debu

Namun, fenomena cuaca El Nino, menurut prakiraan WMO akan mulai berkembang pada bulan Juni-Agustus 2023.

"La Nina triple-dip pertama di abad ke-21 akhirnya akan segera berakhir. Efek pendinginan La Nina mengerem sementara kenaikan suhu global, meskipun periode delapan tahun terakhir adalah rekor terpanas," kata Ketua WMO Petteri Taalas.

Taalas menambahkan, "Jika kita sekarang memasuki fase El Nino, ini kemungkinan akan memicu lonjakan suhu global lainnya."

Potensi El Nino setelah fenomena La Nina

Fenomena La Nina telah berperan dalam pendinginan suhu global skala besar di bagian tengah dan timur khatulistiwa Samudra Pasifik, yang biasanya kondisi cuaca ini terjadi setiap 2-7 tahun.

Kondisi berosilasi antara La Nina dan El Nino yang saling berkebalikan ini, di antara fenomena tersebut kemungkinan terjadi kondisi netral.

Baca juga: Fenomena Penyebab Cuaca Ekstrem Hujan Lebat di Indonesia

Ilustrasi banjir. Shutterstock Ilustrasi banjir.

Namun, WMO memprakirakan ada kemungkinan 90 persen kondisi netral terjadi selama Maret hingga Mei, menurun menjadi 80 persen pada awal April-Juni dan 60 persen pada Mei-Juli.

Persentase potensi terjadinya fenomena El Nino setelah La Nina, menurut WMO, adalah 15 persen pada April-Juni, 35 persen pada Mei-Juli dan 55 persen pada Juni-Agustus 2023.

Kendati demikian, prakiraan cuaca, dengan potensi El Nino, yang dihasilkan untuk tahun ini, memiliki tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi.

"Kami memerlukan tambahan dua atau tiga bulan untuk memiliki gagasan yang lebih meyakinkan tentang apa yang diharapkan (potensi cuaca akibat El Nino)," kata Alvaro Silva, seorang konsultan di WMO yang mengerjakan laporan pembaruan triwulanan.

Silva mengatakan kepada AFP, melacak osilasi antara dua fase akan membantu negara-negara di dunia bersiap menghadapi potensi dampak cuaca dari El Nino. Di antaranya dampak cuaca ekstrem yang dapat menyebabkan banjir, kekeringan atau panas ekstrem.

Baca juga: Fenomena Penyebab Potensi Cuaca Ekstrem di Indonesia Akhir Tahun 2022

Risiko fenomena cuaca El Nino

Lebih lanjut, Silva mengatakan, La Nina yang telah mendinginkan suhu global, setelah dalam 8 tahun terakhir menjadi rekor terpanas bagi Bumi, di sinilah kita memiliki sinyal penting dari perubahan iklim.

"Dengan El Nino, ada kemungkinan peningkatan bahwa kita akan melihat rekor tahun terpanas," imbuhnya.

Kendati fenomena La Nina akan segera berakhir, menurut WMO, kemungkinan besar dampak laten akan terjadi dalam beberapa waktu ke depan karena durasinya yang lama. Oleh karenanya, beberapa pengaruhnya terhadap curah hujan, kemungkinan akan masih tetap ada.

El Nino dan La Nina adalah fenomena alam yang terjadi karena dilatarbelakangi dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Kedua fenomena cuaca tersebut, kata WMO, menyebabkan peningkatan suhu global, memengaruhi pola curah hujan musiman, dan menjadi faktor penyebab cuaca ekstrem.

Baca juga: Fenomena Microburst Bisa Berdampak Merusak, Apa Saja Dampaknya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com