Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/01/2023, 16:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sumber BBC

KOMPAS.com - Tak ada sambal, makanan tak lengkap rasanya. Benar saja, sambal yang dibuat dari olahan cabai selalu menjadi bahan makanan yang hampir selalu ada di setiap menu masakan orang Indonesia.

Sebab, sensasi pedas dari cabai memberikan kenikmatan tersendiri dan dianggap dapat menggugah selera bagi penikmatnya.

Meski kebanyakan orang berpikir bagian cabai yang paling pedas adalah bijinya, namun sebenarnya adalah lapisan spons putih yang ditemukan di dalamnya lah yang memberinya rasa pedas, yang disebut plasenta.

Jika menggigitnya, Anda akan benar-benar merasakan sensasi terbakar.

Baca juga: Pertama Kali, Astronot Tanam Cabai di Stasiun Luar Angkasa Internasional

Dikutip dari BBC, Jumat (6/1/2023) sensasi terbakar atau pedas itu terutama disebabkan oleh bahan kimia yang disebut capsaicin yang ditemukan di kelenjar kecil di plasenta cabai.

Saat seseorang makan cabai, capsaicin dilepaskan ke air liur dan kemudian berikatan dengan reseptor TRPV1 di mulut dan lidah.

Reseptor sebenarnya ada untuk mendeteksi sensasi panas mendidih. Akan tetapi, capsaicin membuat mulut terasa seperti terbakar karena molekul capsaicin cocok dengan reseptornya yang sempurna.

Hal itu yang kemudian memicu reseptor mengirimkan sinyal ke otak, membodohinya dengan berpikir mulut Anda benar-benar terbakar. Ini lah yang kemudian kita merasakan rasa pedas saat makan cabai.

 

Baca juga: Astronot Rayakan Panen Cabai Pertama di Stasiun Luar Angkasa Internasional

Bau-bau pedas seperti cabai juga menjadi salah satu bau yang dibenci kucing.Unsplash/Towfiqu Barbhuiya Bau-bau pedas seperti cabai juga menjadi salah satu bau yang dibenci kucing.

Manfaat capsaicin pada tanaman cabai

Tanaman cabai liar pertama kali memproduksi capsaicin adalah untuk mencoba melindungi diri dari mamalia. Dari perspektif evolusi, tanaman lebih suka bijinya disebarkan jauh dan luas oleh burung.

Burung tak memiliki reseptor TRPV1 sehingga mereka tak mengalami sensasi terbakar di mulut mereka.

Akan tetapi, manusia entah bagaimana kemudian justru belajar menyukai sensasi terbakar yang dihasilkan dari capsaicin itu. Dan semakin menggilainya sekarang ini.

Ketika seseorang bisa mentolerir memakan cabai yang benar-benar pedas, mereka mungkin akan mengalami endorfin cabai tinggi.

Baca juga: 7 Manfaat Cabai, Turunkan Risiko Serangan Jantung hingga Antivirus Herpes

Endorfin adalah opiat alami, obat penghilang rasa sakit yang terkadang dilepaskan sebagai respon saat memakan cabai dan dapat menimbulkan rasa bahagia.

Dalam kasus ini, memakan cabai pun memberikan rangsangan terhadap otak terhadap sensasi. Sementara itu, tingkat kepedasan cabai sendiri diukur dalam satuan panas Scoville (SHU).

Cabai yang relatif tidak pedas seperti cabai Dutch Long memiliki tingkat kepedasan 500 SHU.

Sedangkan pemegang rekor cabai terpedas yakni Carolina Reaper, berdasarkan tes yang dilakukan oleh University of Winthrop di Carolina Selatan skor SHU mencapai 1,57 juta.

Terlepas dari itu beberapa peneliti berspekulasi makan cabai membawa manfaat bagi tubuh. Capsaicin dapat membantu meningkatkan aliran darah atau bahkan mengubah campuran bakteri usus menjadi bermanfaat.

Baca juga: Viral Video Balita Diajari Makan Cabai, Bahayakah? Ini Kata Ahli Gizi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com