KOMPAS.com - Kanker paru adalah jenis kanker terbanyak ketiga di Indonesia dan jenis kanker dengan pasien terbanyak kedua secara global.
Walaupun begitu, kanker paru adalah jenis kanker dengan tingkat kematian tertinggi di dunia.
Fakta tersebut berdasarkan data Global Burden of Cancer (Globocan) 2020 dan World Health Organization (WHO).
Baca juga: Gejala Awal Kanker Paru dan Pengobatannya
Tingkat kematian yang tinggi menunjukkan, bahwa kanker paru sering terlambat terdeteksi sehingga perawatan yang bisa diberikan tidak optimal.
Hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk menciptakan alat yang bisa mendeteksi kanker paru hanya dari napas.
Saat ini, cara mendeteksi kanker paru adalah dengan pemeriksaan radiologi yaitu foto toraks, CT Scan, bone scan, USG, dan Positron Emission Tomography (PET).
Cara ini cukup rumit untuk dilakukan, sehingga butuh metode yang lebih sederhana untuk deteksi awal kanker paru.
Peneliti mencoba mengembangkan metode untuk pemeriksaan ini, salah satunya yang terbaru adalah mendeteksi kanker lewat napas.
Menurut Dr. Mike Davies dari University of Liverpool, terdapat beberapa senyawa kimia yang ditemukan pada pasien kanker dan menyebar ke seluruh bagian tubuh.
Jika senyawa ini berada di paru-paru, maka senyawa ini bisa keluar dalam napas. Contohnya, pada pasien diabetes yang napasnya terdapat zat keton.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.