Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER SAINS] Petir di Luar Angkasa | Warna Petir Tak Hanya Putih | Gas Air Mata Ditangkal Pasta Gigi | Penampakan Kapal Titanic

Kompas.com - 07/09/2022, 07:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Fenomena petir di luar angkasa yang terjadi di planet terbesar di Tata Surya ini tidak sama dengan petir yang terjadi di Bumi. Sambaran petir di Bumi, biasanya terjadi di daratan dan paling intens di wilayah khatulistiwa.

Petir di Bumi terbentuk karena tabrakan kristal es dan tetesan air di dalam awan yang kemudian menciptakan muatan listrik positif dan negatif yang dipisahkan oleh gaya konvektif. Ketika muatan menjadi cukup terpisah, sambaran petir dilepaskan.

Berita populer Sains tentang petir di luar angkasa, selengkapnya bisa dibaca di sini.

Baca juga: Apakah Ada Petir di Luar Angkasa?

Apa warna petir tak hanya putih?

Warna petir menurut National Oceanic & Atmospheric Administration (NOAA), dapat muncul dalam berbagai warna. Sambaran petir bisa muncul dalam warna biru, kuning, ungu, dan bahkan hijau.

Hal tersebut lantaran kabut, debu, kelembaban, tetesan hujan, serta partikel lain di atmosfer akan memengaruhi warna dengan menyerap atau mendifraksikan sebagian cahaya putih petir.

Dikutip dari World Atlas, selain atmosfer, lingkungan dan suhu juga berpengaruh dalam membentuk warna petir. Semakin tinggi suhunya maka semakin dekat pula sambaran petir ke ujung spektrum warna.

Spektrum warna sendiri merupakan rentang gelombang cahaya pada frekuensi dan panjang gelombang tertentu yang dapat dilihat oleh manusia. Spektrum warna yang kita kenal adalah warna merah, oranye, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.

Warna petir yang berbeda juga memberikan informasi mengenai badai badai petir dan kondisi cuaca. Putih adalah warna petir yang paling umum dan ternyata menunjukkan kategori petir yang paling berbahaya.

Petir berwarna putih juga menunjukkan konsentrasi kelembaban yang rendah di atmosfer.

Selengkapnya berita populer Sains tentang warna-warna petir, dapat disimak di sini.

Baca juga: Tak Hanya Putih, Apa Saja Warna Petir?

Apa itu gas air mata?

Gas air mata ini bernama asli agen pengontrol kerusuhan, yang dapat menyebabkan iritasi pada mata, hidung, tenggorokan, paru-paru dan kulit.

Efek gas air mata tidak bertahan lama. Ketika sudah tidak lagi terpapar gas air mata, efek iritasi yang ditimbulkan akan menghilang dalam 15-30 menit.

Dilansir dari situs resmi CDC, paparan gas air mata bisa menyebabkan berbagai hal berikut:

  1. Gas air mata bisa menyebabkan produksi air mata yang berlebihan, rasa terbakar, pandangan buram dan mata merah.
  2. Gas air mata menyebabkan ingus hidung yang berlebih, rasa terbakar dan pembengkakan.
  3. Gas air mata menyebabkan rasa terbakar, iritasi, kesulitan menelan dan air liur berlebih.
  4. Gas air mata berefek pada paru-paru dapat menyebabkan sesak dada, batuk-batuk, sensasi tercekik, napas pendek dan napas berbunyi.
  5. Gas air mata bisa menyebabkan ruam kulit hingga luka bakar
  6. Gas air mata juga bisa menyebabkan mual dan muntah.

Pada paparan jangka panjang, gas air mata bisa menyebabkan efek yang lebih serius. Pada mata, misalnya, efeknya antara lain luka, kebutaan, katarak dan glaukoma atau kondisi mata yang bisa berujung pada kebutaan.

Lebih lengkap tentang berita populer Sains ini, bisa dibaca di sini.

Baca juga: Apa Itu Gas Air Mata, Bisakah Efeknya Ditangkal dengan Pasta Gigi?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com