Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gigitan Tomcat Sebabkan Gatal dan Kulit Melepuh, Ini Cara Mengobatinya

Kompas.com - 15/08/2022, 18:31 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tomcat atau yang disebut juga semut Charlie, memiliki racun yang bisa menyebabkan peradangan pada kulit, atau disebut dermatitis. Racun paederin (C25H45O9N) yang ada di tubuh serangga tomcat, tak hanya menyebabkan gatal, tetapi kulit juga melepuh.

Racun tomcat juga pernah dilaporkan menyerang banyak warga dalam beberapa tahun terakhir.

Wabah tomcat tercatat terjadi di Indonesia, salah satunya tahun 2012 di mana seorang penghuni apartemen Eastcoast Pakuwon City mengalami gatal-gatal, luka bagian wajah, serta tubuh dan lengan yang terasa panas akibat digigit tomcat.

Tak lama setelahnya, tomcat juga menyerang kawasan sekolah di wilayah Kenjeran dan sejumlah lokasi di Wonorejo, Surabaya.

Sebagai informasi, tomcat adalah spesies kumbang rove bertubuh ramping dan kecil yang memiliki sungut di kepala mereka. Sehingga, hewan ini juga kerap disebut sebagai semut.

Ketika merasa terancam, tomcat bisa mengeluarkan racun atau menggigit dan menyebabkan rasa gatal, panas, bahkan lepuh di kulit. 

"Dermatitis terjadi bila bersentuhan secara langsung dengan serangga ini, atau secara tidak langsung, misalkan melalui handuk, baju atau barang lain yang tercemar racun paederin," ujar pakar penyakit menular Prof dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, Rabu (21/3/2012).

Baca juga: Gejala Digigit Tomcat, Termasuk Panas dan Gatal di Kulit

Gejala awal dan cara mengobati gigitan tomcat

Ia menyampaikan bahwa kulit yang terkena racun paederin dalam waktu singkat akan terasa panas. Biasanya, setelah 24-48 jam akan muncul gelembung pada kulit berwarna merah (erythemato-bullous lession), yang menyerupai lesi akibat terkena air panas atau luka bakar.

Pada kasus yang jarang tidak menimbulkan gejala kulit yang berarti. Sedangkan, lesi pada mata menyebabkan periorbital conjunctivitis atau keratoconjunctivitis. 

Dikutip dari laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) seperti diberitakan Kompas.com edisi 16 Maret 2022, gejala awal digigit tomcat berupa dermatitis ini bisa ringan, sedang, atau berat.

Pada gejala berat, penderita terkadang juga bisa merasakan mual, muntah, infeksi kulit meluas, bekas luka bopeng akan lebih dalam dan luas. Bekas luka karena tomcat pun cenderung lebih dulit untuk hilang.

Gejala terpapar racun atau gigitan tomcat atau semut Charlie ini biasanya terlihat di bagian kepala atau wajah, leher, tangan, lengan, punggung, paha, atau kaki.

Menurut Tjandra, penderita yang terkena racun gigitan tomcat tidak disarankan untuk menggaruk luka, meskipun terkadang rasa gatal di sekitar area kulit yang meradang tak tertahankan.

Baca juga: Cara Mengatasi Gigitan Tomcat

Ilustrasi tomcat, ciri-ciri tomcat, habitat tomcat. Gigitan tomcat dapat menyebabkan kulit melepuh dan terasa panas.Shutterstock/Vinicius R. Souza Ilustrasi tomcat, ciri-ciri tomcat, habitat tomcat. Gigitan tomcat dapat menyebabkan kulit melepuh dan terasa panas.

Sebagai langkah pengobatan dermatitis akibat digigit tomcat, Anda dapat melakukan beberapa hal, di antaranya:

  • Segera beri air mengalir dan sabun pada kulit yang bersentuhan dengan tomcat
  • Pastikan tomcat tidak ada lagi untuk mencegah pertambahan lesi di kulit
  • Kompres kulit dengan cairan antiseptik dingin seperti kalium permanganat bila sudah timbul lesi seperti luka bakar di area gigitan tomcat
  • Bila lesi sudah timbul pecah, dapat diberi cream antibiotik dengan kombinasi steroid ringan; jangan digaruk atau ditaburi bedak agar tidak terjadi infeksi sekunder
  • Berikan antihistamin dan analgesik oral untuk simptomatis untuk mengatasi gigitan tomcat.

Cara mencegah racun gigitan tomcat

Setidaknya ada 622 spesies yang menyebar di seluruh dunia. Sementara, spesies tomcat di Indonesia yang menyebabkan dermatitis ialah Paederus peregrines.

"Wabah dermatitis pernah dilaporkan juga di Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ekuador dan India," kata  Tjandra.

Baca juga: Ketahui Ciri-ciri Tomcat, Habitat, dan Jenis Makanannya

Lebih lanjut, dia membeberkan beberapa hal yang perlu diketahui untuk menghidari paparan racun tomcat, antara lain:

  • Jika menemukan tomcat jangan dipencet, agar racun tidak mengenai kulit, lalu masukkan ke plastik dengan hati-hati lalu buang ke tempat yang aman
  • Usahakan pintu tertutup dan bila ada jendela diberi kasa nyamuk untuk mencegah kumbang ini masuk
  • Tidur menggunakan kelambu
  • Lampu diberi jaring pelindung untuk mencegah kumbang jatuh
  • Jangan menggosok kulit dan atau mata bila kontak dengan tomcat
  • Lakukan inspeksi ke dinding dan langit-langit dekat lampu sebelum tidur. Bila menemukan, segera dimatikan dengan menyemprotkan racun serangga. Singkirkan dengan tanpa menyentuhnya
  • Bersihkan lingkungan rumah, terutama tanaman yang tidak terawat yang ada di sekitar rumah yang bisa menjadi tempat tomcat tinggal dan berkembang biak.

Prof Tjandra menyebut, serangga tomcat digolongkan dalam ordo Coleoptera. Memiliki penampakan seperti semut dengan panjang tubuh sekitar 1 cm, dan memiliki sepasang sayap tersembunyi.

Tubuhnya berwarna oranye dengan bagian bawah perut (abdomen), dan kepala berwarna gelap.

Tomcat atau semut Charlie adalah kelompok serangga pertanian, sebagai predator hama pertanian seperti wereng, dan lain-lain. Habitat tomcat adalah tempat yang lembap, serta tanaman bersemak, seperti padi dan jagung.

 Baca juga: Secara Taksonomi Semut Charlie Alias Tomcat Bukan Semut, tapi...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com