KOMPAS.com- Aksi kerusuhan di kawasan Babarsari, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi ramai diperbincangkan masyarakat.
Seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (5/7/2022), Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah (Kabid Humas Polda) DIY Kombes Pol Yuliyanto mengungkapkan, kerusuhan berawal sejak Sabtu, 2 Juli 2022 di tempat hiburan di Babarsari.
Kerusuhan ini pun menyebabkan kerusakan toko hingga fasilitas umum.
Menanggapi peristiwa yang terjadi, Dosen dan Peneliti Sosiologi Perkotaan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Derajad Sulistyo Widhyharto M.Si mengatakan, kerusuhan yang terjadi di Babarsari baru-baru ini bukanlah persoalan ras kedaerahan, tetapi masalah kelompok-kelompok khusus.
“Jadi ini bukan isu orang timur atau barat, suku atau adat,” kata Derajad kepada Kompas.com, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Cerita 4 Dokter di Papua Pasca Kerusuhan dan Tewasnya dr Soeko
Menurut Derajad, yang melatarbelakangi peristiwa kerusuhan di Babarsari itu terjadi yakni dua faktor kegagalan yang belum teratasi dengan baik.
Faktor pertama yaitu kegagalan migran mahasiswa di Yogyakarta yang telah mendeklarasikan sebagai daerah istimewa dan multi-kultur.
Kegagalan yang lain yakni Kota Yogyakarta tumbuh tidak mengikuti geliat kota pelajar dan mahasiswa, tapi menjadi kota industri pariwisata.
Seperti diketahui, secara umum Yogyakarta tumbuh sebagai kota besar seperti kota-kota besar lainnya di tanah air, lengkap dengan perkembangan bisnisnya, di mana terdapat tempat hiburan, hotel dan lain sebagainya.
Faktor lain yang mendorong terjadinya kerusuhan di Babarsari kemarin, Derajad menjelaskan bahwa pertumbuhan yang bersifat replikatif tersebut membuat bisnisnya juga ikut replikatif termasuk kelompok-kelompok pengamanan partikelir.
Baca juga: Kerusuhan Wamena, Kenapa Kemarahan karena Hoaks Bisa Sangat Merusak?