Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Layanan Operasi Bedah Robotik Jarak Jauh, Bantu Dokter Rawat Pasien di Daerah

Kompas.com - 01/07/2022, 16:30 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah menyiapkan layanan operasi bedah robotik jarak jauh, atau robotic telesurgery yang dapat dimanfaatkan oleh para dokter.

Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan Prof dr Laksono Trisnantoro menyampaikan, operasi bedah robotik jarak jauh merupakan salah satu upaya Kemenkes dalam memberikan pelayanan kesehatan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.

“Ada berbagai cara untuk meratakan pelayanan kesehatan. Jadi penggunaan robotic telesurgery ini adalah salah satu cara yang Kementerian Kesehatan coba lakukan,” ujarnya dilansir dari laman Kemenkes, Kamis (30/6/2022).

Adapun pembedahan melalui bantuan alat robotik ini dikendalikan dengan console oleh operator, maupun remote control jarak jauh. Mesin akan menerjemahkan setiap gerakan tangan pembedah, ke lengan robot di tubuh pasiennya.

Dia mengungkapkan, layanan operasi pembedahan jarak jauh bisa dilakukan di mana lokasi operator bisa berjauhan dengan lokasi pasien.

Bisa saja keduanya berbeda ruangan di dalam rumah sakit yang sama, di lokasi rumah sakit yang berbeda, bahkan berbeda pulau, negara, dan benua.

Baca juga: Kali Pertama di Dunia, Operasi Bedah DNA di Embrio Manusia Dilakukan

Keuntungan dari operasi bedah robotik jarak jauh ialah dokter bedah tidak perlu datang ke daerah terpencil, daerah bencana, atau daerah konflik untuk melakukan pembedahan kompleks yang tidak dapat dilakukan oleh dokter bedah di daerah tersebut.

Bedah robotik jarak jauh juga dikendalikan secara remote, posisi dokter bedah sangat ergonomis dan tidak melelahkan.

Pihaknya pun memastikan, gerakan instrumennya sangat fleksibel, dan memiliki tujuh arah derajat untuk bebas bergerak.

Tindakan operasi bedah robotik jarak jauh yang bisa dilakukan dengan alat tersebut di antaranya:

  • Bedah thoraks: pembedahan jantung dan paru
  • Bedah digestif: kolesistektomi, appendektomi, reseksi kolon, reseksi gaster, pembedahan bariatrik, reseksi pankreas, liver, dan limpa
  • Bedah urologi: pembedahan pada ginjal, kandung kencing, dan prostat
  • Ginekologi: myoma uteri, kista ovarium, dan endometriosis

Di sisi lain, Dokter Spesialis Bedah Digestif Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dr Reno Budiman mengatakan, bedah robotik merupakan alat operasi yang dapat membantu para dokter bedah dengan tingkat akurasi tinggi.

Baca juga: Perempuan di AS Mainkan Flute Saat Jalani Operasi Bedah Otak

 

“Jadi karena robotnya itu tidak bergerak sendiri tetap harus ada operator yang mengendalikannya dan itu harus seorang dokter spesialis bedah. Robot ini memiliki gerakan yang lebih akurat dan lebih presisi sehingga pembedahan dilakukan dengan luka sekecil mungkin,” ujarnya.

Sebagai pilot project, Kemenkes menyebut ada dua unit robot bedah jarak jauh dengan merek Sina. Keduanya berada di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan Rumah sakit Sardjito Yogyakarta.

“Proyek Kemenkes ini tidak hanya untuk menyediakan layanan kesehatan tapi juga untuk pendidikan dan pelatihan,” terang Reno.

Dikatakan bahwa operasi bedah robotik jarak jauh tersebut merupakan proyek jangka panjang.

Saat ini, Kemenkes pun sedang menjalankan roadmap dan memasuki tahap pelatihan dokter bedah untuk menggunakan simulator.

Langkah berikutnya, kata Reno, ialah melakukan latihan dengan hewan percobaan. Setelah itu uji kelaikan sambil mengembangkan fasilitas dari robotic telesurgery.

“Jangkauan telesurgery ini tergantung pada kemampuan bandwidth dari telekomunikasinya. Selama bandwidthnya bagus bukan tidak mungkin dokter operasi di Jakarta pasiennya di Indonesia Timur. Syaratnya memang fasilitas bandwidth telekomunikasi yang baik,” jelas dr Reno.

Baca juga: Mastektomi dan Lumpektomi, Operasi Untuk Mengatasi Kanker Payudara

Ia menambahkan, pembedahan robotik jarak jauh bisa dilakukan pada stadium awal penyakit, misalnya saja pada tumor stadium awal.

Akan tetapi, jika tumor sudah menyebar tindakan pembedahan akan sulit dilakukan.

Sejauh ini pelatihan bagi para dokter masih menggunakan simulator.

Satu dokter dilatih dalam waktu 20 jam, di mana selama 2 jam per harinya mereka diharuskan untu menyelesaikan tugas-tugas yang ada di simulator.

Setidaknya, ada 14 tugas yang perlu dilakukan untuk melatih keterampilan tangan dan visual mata dokter.

Pelatihan itu pun telah dimulai sejak Maret 2022 lalu. Mereka menargetkan, sebanyak 40 dokter sudah mendapatkan pelatihan dalam program ini dalam setahun.

Prof Laksono pun berharap dengan dukungan teknologi operasi bedah robotik jarak jauh, bisa dilakukan di semua wilayah di Indonesia.

Baca juga: Sejarah Operasi Pertama di Dunia, Dilakukan Tanpa Anestesi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com