Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Matahari Mengejutkan dengan Potensi Gangguan Telah Menghantam Bumi

Kompas.com - 01/07/2022, 11:05 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badai matahari menghantam bumi tanpa peringatan, telah terjadi tepat sebelum tengah malam UTC pada 25 Juni dan berlanjut hampir sepanjang 26 Juni lalu.

Peristiwa ini mengejutkan para ilmuwan, yang mengklasifikasikannya sebagai badai kelas G1.

Atas klasifikasi tersebut, mengartikan bahwa badai matahari cukup kuat untuk membuat fluktuasi jaringan listrik yang lemah, menyebabkan dampak kecil pada operasi satelit, mengganggu kemampuan navigasi beberapa hewan yang bermigrasi, dan menyebabkan aurora yang sangat kuat.

Badai matahari yang tak terduga ini bertepatan dengan puncak fenomena lima planet sejajar yang sangat langka, yakni Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus, berbaris di langit dalam urutan kedekatannya dengan matahari, yang belum pernah terjadi sejak 1864.

Baca juga: Fenomena Langka 5 Planet Akan Sejajar Besok, Bisakah Terlihat dari Indonesia?

Aurora

Peristiwa badai matahari menghantam bumi ini tidak sengaja diabadikan oleh para astronom, yang menangkap gambar aurora saat melakukan photobomb planet sejajar. Tertangkap aurora terang di Calgary, Kanada, yang melintas di langit fajar di depan penyelarasan lima planet pada 26 Juni.

"Aurora menjadi (terlihat oleh) mata telanjang dengan pilar-pilar yang indah, dan berlangsung selama sekitar 5 menit," kata Thomas.

Aurora terjadi saat partikel bermuatan dari angin matahari menabrak molekul oksigen dan nitrogen di atmosfer atas bumi, yang mengionisasi molekul-molekul itu dan menyebabkannya bersinar.

Biasanya, aurora terbatas pada daerah di sekitar Kutub Utara dan Kutub Selatan, di mana medan magnet bumi yang biasanya membelokkan partikel-partikel ini berada pada tingkat paling lemah.

Namun selama badai matahari terjadi, aurora dapat menjadi lebih terang dan terlihat pada garis lintang yang jauh lebih rendah dari biasanya.

Sebagai informasi, pada November 2021 terjadi badai matahari yang kuat menghasilkan tampilan berwarna-warni di Amerika Serikat hingga Pennsylvania, Iowa, dan Oregon.

Baca juga: Hari Ini, Badai Matahari Ringan Menghantam Bumi

Sementara itu, awalnya para ilmuwan menduga coronal mass ejection (CME) menyebabkan badai plasma besar dengan medan magnet tertanam yang dikeluarkan dari bintik matahari, dan peneliti tidak mengetahui lokasi terjadinya.

Wilayah interaksi rotasi bersama (CIR) matahari yang jauh dan lebih jarang disebut zona transisi. Zona ini menciptakan penumpukan plasma yang secara tiba-tiba dapat melepaskan gelombang kejut serupa dengan CME, tapi tidak menyebabkan bintik matahari yang membuatnya lebih sulit untuk dideteksi di permukaan matahari.

Menurut Spaceweather, angin matahari yang meledakkan bumi pada 25 dan 26 Juni mencapai puncaknya sekitar 1,57 juta mil per jam (2,52 juta kilometer per jam), yang konsisten dengan CIR lain di masa lalu.

Baca juga: Bintik Matahari Raksasa Mengarah Tepat ke Bumi, Apa Dampaknya?

Badai matahari yang mengejutkan, dikenal sebagai AR3038, menghantam bumi kurang dari seminggu setelah bintik matahari raksasa.

Badai ini berukuran dua kali lipat selama periode 24 jam dan mencapai diameter maksimum lebih dari 2,5 kali ukuran bumi.

Bintik matahari raksasa memicu kekhawatiran akan CME-nya yang berpotensi merusak menghantam planet ini, tapi titik tersebut akhirnya menjauh dari bumi saat matahari berotasi.

Dikarenakan para ilmuwan percaya badai matahari yang terjadi baru-baru ini dapat disebabkan oleh CME yang jauh, diperkirakan aurora yang tidak biasa ini dapat berlangsung hingga 29 Juni mendatang, tapi aktivitas angin matahari kini telah kembali normal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com