Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Negara di Dunia Longgarkan Aturan, WHO Sebut Pandemi Covid-19 Belum Usai

Kompas.com - 25/05/2022, 09:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber UN News

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan kepada seluruh dunia, bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir.

Hal ini disampaikan, imbas banyak negara yang sudah melonggarkan protokol kesehatan (prokes) dan aturan pembatasan Covid-19.

"Apakah Covid-19 sudah berakhir? Belum berakhir. Saya tahu itu bukan pesan yang ingin Anda dengar dan jelas bukan pesan yang ingin saya sampaikan," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebryesus di hadapan perwakilan Kementerian Kesehatan dari 194 negara dalam World Health Assembly di Jenewa, Swiss.

Tedros menambahkan, meski banyak negara sudah melonggarkan aturan dan kehidupan tampaknya kembali seperti sebelum pandemi, nyatanya terjadi peningkatan kasus. Setidaknya, 70 negara telah melaporkan lonjakan kasus infeksi virus corona.

Baca juga: Perubahan Iklim Berpotensi Sebabkan Pandemi Berikutnya, Studi Jelaskan

Dilansir dari laman resmi PBB, Minggu (22/5/2022) ia menyampaikan angka kematian di Afrika dilaporkan meningkat. Pasalnya, Afrika merupakan wilayah dengan cakupan vaksinasi terendah.

Tak hanya itu, dari aspek pengujian atau testing Covid-19 pun mengalami penurunan. Tedros memperingatkan bahwa peningkatan penularan mengartikan akan lebih banyak kematian, maupun risiko munculnya varian baru.

Itulah, lanjut dia, pentingnya testing dan tracing kasus Covid-19 agar dunia tidak "buta" terhadap evolusi virus.

"Virus ini (corona) kerap mengejutkan kami, dan kami masih belum bisa memprediksi alur atau intensitasnya," kata Tedros.

Kesenjangan vaksin Covid-19

Dalam kesempatan tersebut, Tedros menyinggung soal kesenjangan cakupan vaksinasi di banyak negara di dunia. Dia mengungkap sekitar 60 persen populasi dunia sudah divaksinasi Covid-19.

Namun, hampir satu miliar orang di negara-negara berpenghasilan rendah belum divaksinasi. Padahal, tindakan perlindungan ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang termasuk kelompok berisiko mengalami penyakit parah, ataupun kematian.

“Hanya 57 negara yang telah memvaksinasi 70 persen dari populasi mereka, dan hampir semuanya negara berpenghasilan tinggi," imbuhnya.

Masih ada negara yang memiliki masalah pasokan untuk tes dan terapi dengan dana maupun akses yang tidak mencukupi.

Diakuinya, hingga saat ini masih ada kesalahan informasi yang beredar di tengah masyarakat terkait dengan vaksin.

Akibatnya, bisa membuat target sasaran enggan mendapatkan perlindungan dari virus penyebab Covid-19 itu.

“Secara keseluruhan, kami melihat keragu-raguan vaksin disebabkan oleh misinformasi dan disinformasi," papar Tedros.

Baca juga: Status Pandemi Covid-19 Belum Akan Diubah Jadi Endemi, Ini Kata WHO

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com