Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Banyak Negara di Dunia Longgarkan Aturan, WHO Sebut Pandemi Covid-19 Belum Usai

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan kepada seluruh dunia, bahwa pandemi Covid-19 belum berakhir.

Hal ini disampaikan, imbas banyak negara yang sudah melonggarkan protokol kesehatan (prokes) dan aturan pembatasan Covid-19.

"Apakah Covid-19 sudah berakhir? Belum berakhir. Saya tahu itu bukan pesan yang ingin Anda dengar dan jelas bukan pesan yang ingin saya sampaikan," ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebryesus di hadapan perwakilan Kementerian Kesehatan dari 194 negara dalam World Health Assembly di Jenewa, Swiss.

Tedros menambahkan, meski banyak negara sudah melonggarkan aturan dan kehidupan tampaknya kembali seperti sebelum pandemi, nyatanya terjadi peningkatan kasus. Setidaknya, 70 negara telah melaporkan lonjakan kasus infeksi virus corona.

Dilansir dari laman resmi PBB, Minggu (22/5/2022) ia menyampaikan angka kematian di Afrika dilaporkan meningkat. Pasalnya, Afrika merupakan wilayah dengan cakupan vaksinasi terendah.

Tak hanya itu, dari aspek pengujian atau testing Covid-19 pun mengalami penurunan. Tedros memperingatkan bahwa peningkatan penularan mengartikan akan lebih banyak kematian, maupun risiko munculnya varian baru.

Itulah, lanjut dia, pentingnya testing dan tracing kasus Covid-19 agar dunia tidak "buta" terhadap evolusi virus.

"Virus ini (corona) kerap mengejutkan kami, dan kami masih belum bisa memprediksi alur atau intensitasnya," kata Tedros.

Kesenjangan vaksin Covid-19

Dalam kesempatan tersebut, Tedros menyinggung soal kesenjangan cakupan vaksinasi di banyak negara di dunia. Dia mengungkap sekitar 60 persen populasi dunia sudah divaksinasi Covid-19.

Namun, hampir satu miliar orang di negara-negara berpenghasilan rendah belum divaksinasi. Padahal, tindakan perlindungan ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang termasuk kelompok berisiko mengalami penyakit parah, ataupun kematian.

“Hanya 57 negara yang telah memvaksinasi 70 persen dari populasi mereka, dan hampir semuanya negara berpenghasilan tinggi," imbuhnya.

Masih ada negara yang memiliki masalah pasokan untuk tes dan terapi dengan dana maupun akses yang tidak mencukupi.

Diakuinya, hingga saat ini masih ada kesalahan informasi yang beredar di tengah masyarakat terkait dengan vaksin.

Akibatnya, bisa membuat target sasaran enggan mendapatkan perlindungan dari virus penyebab Covid-19 itu.

“Secara keseluruhan, kami melihat keragu-raguan vaksin disebabkan oleh misinformasi dan disinformasi," papar Tedros.


Oleh karena itu, ia menyerukan negara-negara untuk bekerja sama dalam mencapai target 70 persen populasinya sudah mendapat vaksinasi Covid-19.

Dijelaskannya, untuk dapat mengakhiri pandemi, fokus utama WHO saat ini adalah mendukung setiap negara melakukan vaksinasi secepat mungkin.

Di kesempatan tahunan itu, Tedros mengungkapkan bahwa kita dapat bersama-sama mengakhiri pandemi, melalui ilmu pengetahuan yang masih akan terus digunakan oleh ahli.

“Pandemi tidak akan hilang secara tiba-tiba. Tapi kita bisa mengakhirinya. Kita memiliki pengetahuan. Kita memiliki alatnya. Ilmu pengetahuan telah memberi kita kemajuan,” ucapnya.

Ancaman penyakit selain Covid-19

Selanjutnya, Tedros menuturkan selama Covid-19 belum usai, muncul beragam penyakit lain. Sebut saja Ebola yang kembali ditemukan, dan cacar monyet yang menyebar di daerah non-endemik.

Bahkan, muncul penyakit hepatitis akut pada anak yang masih belum diketahui penyebabnya.

Ada pula masalah lain seperti kekeringan, kelaparan, dan perang yang hebat, didorong oleh perubahan iklim, ketidakadilan, serta persaingan geopolitik. Laporan ini disampaikan Tedros di hadapan banyak menteri dari berbagai negara.

"Krisis kemanusiaan yang kompleks terjadi di Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan, Republik Arab Suriah, Ukraina, dan Yaman," pungkasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/05/25/093000523/banyak-negara-di-dunia-longgarkan-aturan-who-sebut-pandemi-covid-19-belum

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke