Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dikenal Punya Sengatan Berbisa, Bagaimana Kalajengking Kawin?

Kompas.com - 22/05/2022, 13:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kalajengking adalah hewan yang terkenal memiliki capitan, dan cenderung dihindari oleh manusia karena racun yang ada dalam tubuhnya.

Efek sengatan kalajengking bukan hanya melumpuhkan mangsanya saja, tetapi bisa mengakibatkan kematian pada manusia jika tidak segera ditangani.

Peneliti di National Museum of Natural History di Paris, Perancis, Wilson Lourenco mengatakan ilmuwan telah mengidentifikasi sekitar 2.200 spesies kalajengking di seluruh dunia.

Namun, dalam catatan ilmu biologi hanya ada sekitar 50 hingga 60 spesies kalajengking yang sudah teridentifikasi.

Baca juga: Kalajengking Baru Ditemukan, Ilmuwan Ungkap Keberagaman Spesies di Somalia

Ketika berbicara mengenai kalajengking, bukan hanya bisa beracunnya saja yang menarik untuk dibahas. Proses perkawinan kalajengking dengan pasangannya pun, terbilang unik dan penuh perjuangan.

Dilansir dari Live Science, Senin (6/6/2016) hewan ini diharuskan melewati proses yang cukup mengerikan sebelum bisa mengawini pasangannya.

Kalajengking jantan dan betina akan saling berpegangan satu sama lain dengan capit mereka, selanjutnya melakukan gerakan tarian. Proses ini memungkinkan betina untuk menguji kekuatan jantan.

Ketika jantan dan betina telah saling menemukan yang cocok, mereka akan terlibat dalam ritual perkawinan yang kompleks, disebut promenade a deux.

Dalam ritual perkawinan tersebut, jantan akan menjepit capitan betina yang disebut pedipal chelae. Kemudian dia mencari tempat terbaik untuk menaruh spermatophore atau spermanya pada betina.

Dalam beberapa kondisi, kalajengking betina akan menolak gerakan halus kalajengking jantan dengan menghindari tarian, mendorong, atau bahkan menyengatnya.

Apabila ini terjadi, pejantan akan menenangkan betinanya dengan sebuah "ciuman". Paling tidak, dalam satu spesies yakni Megacormus gertschi, jantan mungkin menyengat betinanya pada bagian tertentu.

Mereka akan meninggalkan penyengatnya hingga sembilan menit lamanya.

“Tak diketahui apakah ini bertujuan menyuntikkan racun untuk menenangkan betinanya,” kata Lourenco.
Baca juga: Punya Bentuk Tubuh Pipih dan Kecil, Begini Cara Cacing Pipih Kawin

Jika telah berhasil menaruh spermatophore, jantan akan mengarahkan betina agar tetap di atasnya hingga bisa membuka lubang kelaminnya. Setelah selesai, kedua kalajengking ini akan memisahkan diri.

Semua spesies biasanya melakukan proses ini 2 hingga 15 menit lamanya. Lourenco mengatakan, peneliti dalam penangkaran pernah mencatat waktu yang lebih lama, tapi ini dikarenakan jantan tak kunjung menemukan spot untuk menaruh spermatophore-nya.

Dalam beberapa kasus, terkadang kalajengking betina memutuskan untuk memakan jantan usai proses perkawinan berlangsung.

Baca juga: Sejumlah Fakta Kalajengking, dari Makan Pasangan hingga Gendong Bayi

Lourenco memaparkan, kalajengking memiliki musim kawin tertentu yang bergantung pada tempat ia hidup.

Misalnya, kalajengking yang tinggal di kawasan empat musim, akan kawin saat musim semi atau panas. Sedangkan, mereka yang tinggal di kawasan tropis biasanya kawin ketika musim hujan.

"Selama periode aktif secara seksual ini, kalajengking jantan menggunakan feromon (isyarat kimia) untuk mencari betina," ungkapnya.

Jika dua ekor pejantan bertemu satu sama lain saat berburu pasangan, mereka akan terlibat dalam sebuah pertempuran. Namun, kondisi itu jarang terjadi di alam liar dan umumnya merupakan fenomena yang berkaitan dengan penangkaran.

"Banyak populasi kalajengking yang sangat langka, sehingga hanya sedikit individu yang akan bertemu di lingkungan sekitar," terang Lourenco.

Sayangnya, sejauh ini pengetahuan para ilmuwan tentang seleksi seksual kalajengking masih terbatas.

Dijelaskannya, ilmuwan hanya memahami kualitas seperti apa yang diinginkan kalajengking maupun seberapa aktif mereka dalam memilih pasangannya.

Dalam beberapa populasi tertentu, kalajengking jantan memiliki berbagai ukuran. Menurut penelitian yang ada, pejantan dengan ukuran "normal" dinilai lebih berpeluang menghasilkan keturunan.

Beberapa kalajengking juga menunjukkan perilaku sosial, seperti berbagi liang dan makanan dengan kelompoknya.

Sejumlah spesies kalajengking juga mereproduksi melalui partenogenesis, di mana sel telur berkembang tanpa pembuahan atau tidak ada aktivitas seksual yang terjadi. 

Baca juga: Bukan dengan Penis, Kaki Seribu Jantan Gunakan Sepasang Kaki untuk Kawin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com