Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Tidak Ada Bintang Berwarna Hijau dan Ungu? Sains Jelaskan

Kompas.com - 21/05/2022, 18:00 WIB
Zintan Prihatini,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa orang mungkin belum mengetahui bahwa bintang, yang merupakan bagian dari rahasia alam semesta memiliki warna berbeda-beda. Di mata manusia selama ini warna bintang seperti putih, kuning atau merah, dan ternyata tidak ada bintang berwarna hijau dan ungu. 

Bintang adalah sekelompok benda langit yang berkilau dengan memantulkan cahaya berwarna-warni. Ada bintang berwarna biru yang bersinar di sabuk konstelasi Orion.

Selanjutnya bintang berwarna kuning seperti Matahari yang mendukung kehidupan di Bumi. Namun, di antara semua warna tersebut tidak ada bintang yang tampak berwarna hijau maupun ungu.

Lantas, kenapa tidak ada bintang berwarna hijau dan ungu?

Warna bintang menurut penjelasan sains, meskipun Anda dapat melihat banyak warna bintang di langit malam, bintang warna hijau dan ungu tidak terlihat karena cara kita melihat cahaya tampak.

Baca juga: Warna Bintang Tak Hanya Putih, Apa yang Membuat Warnanya Berbeda-beda?

Tidak ada bintang warna hijau dan ungu, dilansir dari Live Science, Sabtu (30/3/2013) sains menjelaskan bahwa warna pada bintang erat kaitannya dengan suhu di permukaan.

Semakin panas suhu di permukaan bintang, maka semakin pendek panjang gelombang cahaya yang dipancarkannya.

Ketika suhu bintang bertambah panas, energi radiasi keseluruhan meningkat dan puncak kurva bergerak ke panjang gelombang yang lebih pendek.

Kemudian, saat suhu bintang lebih panas cahaya yang dipancarkan pun akan menjauh untuk menuju titik spektrum biru.

Permukaan dengan suhu terpanas memiliki warna biru atau kombinasi warna biru dan putih, panjang gelombang cahayanya lebih pendek, dan membentuk warna bintang tampak biru.

Baca juga: Mengapa Bintang Berkelap-kelip di Langit Malam?

Bintang-bintang yang beraneka ragam dan kaya ini adalah kelompok globular yang sangat besar, kumpulan bintang yang terikat gravitasi yang mengorbit di galaksi Bima Sakti. Bintang-bintang yang beraneka ragam dan kaya ini adalah kelompok globular yang sangat besar, kumpulan bintang yang terikat gravitasi yang mengorbit di galaksi Bima Sakti.

Sebaliknya, suhu permukaan yang lebih dingin cenderung berwana merah atau gabungan merah-cokelat. Bintang juga ada yang berwarna oranye atau jingga.

Mata manusia telah berevolusi untuk melihat radiasi dengan warna kuning dan hijau, yang mungkin disebabkan karena Matahari memancarkan cahaya pada panjang gelombang tersebut.

Sebuah bintang berwarna hijau memancar tepat di tengah spektrum cahaya tampak, yang mengartikan ia melepaskan beberapa cahaya dengan semua warna sekaligus.

Oleh karena itu, bintang akan tampak seperti cahaya putih karena adanya kombinasi dari semua warna.

Baca juga: Bintang Paling Panas Memiliki Suhu Permukaan 35 Kali Lebih Tinggi dari Matahari, Apa Itu?

Menariknya, Matahari sebenarnya memancarkan banyak cahaya hijau. Akan tetapi, manusia melihatnya sebagai cahaya putih akibat dari proses tersebut.

Sedangkan, bintang berwarna ungu tidak mungkin dapat dilihat dengan mata telanjang. Pasalnya mata adalah organ yang sangat sensitif terhadap cahaya biru.

Lantaran bintang yang memancarkan cahaya ungu juga mengirimkan cahaya biru, maka kedua warna itu berada di lokasi yang sama pada spektrum cahaya tampak.

Ketika dipancarkan, mata kita cenderung lebih banyak menangkap cahaya biru dari bintang. Inilah kenapa di mata manusia, bintang warna hijau dan ungu sebenarnya tidak ada.

Baca juga: Bintang Raksasa Merah Pollux Malam Ini Sejajar Bulan, Ini Penjelasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com