Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/05/2022, 11:02 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badai matahari kembali menghantam Bumi. Kendati dalam kategori ringan, namun ahli menyebut badai matahari hari ini, Sabtu (7/5/2022), masih dapat memberi dampak pada Bumi.

Dalam ramalan cuaca ruang angkasa yang dirilis Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), peristiwa badai matahari menghantam Bumi ini berpotensi menyebabkan pemadaman radio kecil.

Setelah aktivitas tinggi selama berbulan-bulan, saat ini matahari berderak dengan semburan api matahari yang kuat, sering disertai dengan ledakan plasma raksasa yang dikenal sebagai coronal mass ejections (CMEs).

Saat CME melewati Bumi, sementara waktu dapat memampatkan atau menekan perisai magnet planet ini.

Akibatnya, dampak badai matahari ini akan dapat menghasilkan badai geomagnetik yang dapat melumpuhkan jaringan listrik, mengacaukan gelombang radio, dan merusak satelit di jalurnya.

Baca juga: Badai Matahari Kembali Diprediksi Terjang Bumi dan Sebabkan Gangguan Sinyal

Kendati begitu, NOAA melaporkan bahwa sebagian besar badai geomagnetik akibat fenomena badai matahari ini masih dalam kategori ringan.

Namun, ledakan plasma raksasa terbesar dapat memicu badai matahari yang jauh lebih dahsyat seperti peristiwa Carrington 1859.

Peristiwa tersebut membuat arus listrik begitu kuat, sehingga menyebabkan peralatan telegraf terbakar.

Beberapa ilmuwan telah memperingatkan, badai matahari lain sebesar peristiwa Carrington 1859 dapat membuat Bumi mengalami kiamat internet.

Artinya, jika badai matahari hari ini terjadi dengan sangat kuat, maka akan menyebabkan banyak negara harus offline selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan, sebagai dampak badai matahari terhadap internet.

Baca juga: Badai Matahari Diprediksi Akan Menghantam Bumi 14 April 2022, Apa Dampaknya?

Ilustrasi panorama aurora borealis atau northern lights di Kutub Utara Bumi. Fenomena langit berupa cahaya warna-warni tampak menari-nari. Fenomena aurora terbentuk dari akibat yang ditimbulkan badai Matahari.SHUTTERSTOCK/SMELOV Ilustrasi panorama aurora borealis atau northern lights di Kutub Utara Bumi. Fenomena langit berupa cahaya warna-warni tampak menari-nari. Fenomena aurora terbentuk dari akibat yang ditimbulkan badai Matahari.

Sementara itu, peristiwa badai geomagnetik kelas G1 yang akan terjadi mempunyai kemungkinan kecil bahwa CME kecil dapat menyerang magnetosfer Bumi. Kelas G1 merupakan kelas badai matahari terlemah pada skala lima tingkat NOAA.

Ketika badai G1, maka dampaknya menyebabkan terjadinya fluktuasi jaringan listrik yang lemah.

Selain itu, dampak lain badai matahari 7 Mei yakni kemunculan aurora di wilayah kutub Bumi.

Aurora adalah sebuah fenomena yang disebabkan oleh partikel bermuatan dalam angin matahari yang bertabrakan dengan molekul di atmosfer Bumi, dapat dilihat di lintang yang lebih rendah dari biasanya.

Baca juga: Badai Matahari Menerjang Bumi Mengganggu GPS, Ini Penjelasannya

Biasanya, CME atau ledakan plasma matahari membutuhkan waktu 15 hingga 18 jam untuk mencapai bumi setelah mereka meninggalkan matahari.

Matahari telah mengeluarkan CME lebih cepat dari biasanya selama beberapa bulan belakangan, termasuk CME raksasa (dua CME yang digabungkan menjadi satu) yang menabrak Bumi pada akhir Maret lalu.

Aktivitas matahari semacam ini khas dikarenakan matahari mendekati periode yang disebut maksimum matahari, titik aktivitas terbesar dalam siklus 11 tahun matahari.

NOAA memperkirakan, maksimum badai matahari berikutnya akan terjadi antara November 2024 hingga Maret 2026, dengan banyak cuaca matahari menuju ke arah bumi.

Baca juga: Bagaimana Badai Matahari Bisa Menghancurkan Satelit Starlink? Ini Penjelasan Pakar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com