Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Badai Matahari yang Jatuhkan Satelit Internet Starlink Milik SpaceX

Kompas.com - 10/02/2022, 19:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Badai geomagnetik yang dipicu oleh ledakan besar radiasi matahari melumpuhkan setidaknya 40 dari 49 satelit internet Starlink milik SpaceX. Akibat badai matahari ini, satelit-satelit Starlink terbakar dan jatuh. 

Pengumuman itu, yang diunggah di situs web SpaceX pada Selasa (8/2/2022), mengatakan bahwa satelit-satelit tersebut terkena badai matahari pada Jumat 4 Februari, sehari setelah diluncurkan ke orbit rendah awal sekitar 210 km di atas Bumi. 

Peluncuran satelit, yang dibawa oleh roket SpaceX Falcon 9 dan diterbangkan dari Kennedy Space Center di Florida, kira-kira bertepatan dengan pengamatan badai geomagnetik yang diunggah pada Rabu dan Kamis 2-3 Februari) oleh Pusat Prediksi Cuaca Luar Angkasa AS.

Apa itu badai Matahari yang jatuhkan satelit internet Starlink?

Badai Matahari adalah lonjakan pelepasan energi Matahari melalui titik-titik tertentu akibat terjadinya gangguan magnetik seiring tidak seragamnya kecepatan rotasi bagian-bagian permukaan Matahari dan antara permukaan dengan interior Matahari.

Ketidakseragaman ini menyebabkan garis-garis gaya magnetik Matahari bisa saling berbelit, terpuntir dan membentuk busur yang menjulur keluar dari fotosfera.

Baca juga: Benarkah Badai Matahari Ekstrem Bisa Sebabkan Kiamat Internet?

Busur tersebut memerangkap plasma Matahari. Pada satu saat busur ini akan putus dan menghasilkan dua fenomena, yang keduanya bisa menjadi penyebab terjadinya badai matahari. 

1. Fenomena flare Matahari

Fenomena yang pertama yang terjadi akibat busur memerangkap plasma Matahari adalah kilatan atau flare Matahari.

Flare Matahari ini merupakan proses pelepasan energi yang bisa disetarakan dengan kilatan cahaya pada las busur listrik. 

2. Pelepasan Massa Korona (PMK) 

Selanjutnya, untuk fenomena yang kedua adalah pelepasan massa korona (PMK).

Astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo menjelaskan, PMK merupakan keadaan dimana 10 - 100 juta ton massa plasma yang semula tersekap di balik busur magnetik mendadak terlepaskan ke angkasa pada arah tertentu pada kecepatan tinggi (500 km/detik atau lebih). 

"Kombinasi keduanya (Flare Matahari dan PMK) menjadi badai Matahari," kata Marufin kepada Kompas.com edisi 15 September 2021.

Waktu terjadi badai matahari

Marufin menjelaskan, badai Matahari selalu berhubungan dengan gangguan magnetik, yang secara kasat mata nampak sebagai pembentukan bintik-bintik Matahari. 

Baca juga: Tidak Hanya Kiamat Internet, Ini 4 Dampak Badai Matahari Ekstrem

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com