Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Fosil Daun Ungkap Rupa Hutan Kalimantan di Masa Lalu

Kompas.com - 06/05/2022, 09:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Untuk pertama kalinya, fosil daun yang ditemukan di Kalimantan dipelajari secara rinci.

Studi daun itu pun mengungkap, bahwa hutan hujan telah menutupi permukaan pulau sejak dulu, selama Zaman Pliosen sekitar 2,6-5,3 juta tahun yang lalu.

Penelitian terbaru ini juga menunjukkan, kelompok pohon yang dominan saat ini yakni dipterokarpa telah mendominasi hutan hujan dan mendorong keanekaragaman hayati setidaknya selama 4 juta tahun.

Baca juga: Selamatkan Paru-paru Dunia di Hutan Kalimantan, Peneliti Lakukan ini

Temuan tersebut berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh peneliti internasional yang dipimpin oleh Pennsylvania State University dan bekerjasama dengan Universiti Brunei Darussalam.

"Studi menunjukkan, bahwa pohon dipterokarpa merupakan bentuk kehidupan dominan yang khas di Kalimantan dan seluruh daerah tropis basah Asia. Kami menemukan lebih banyak fosil dipterokarpa daripada kelompok tumbuhan lainnya," kata Peter Wilf, paleobotani dari Pennsylvania State University.

Dikutip dari Science Alert, Kamis (5/5/2022) Kalimantan adalah rumah bagi hampir 270 spesies dipterokarpa. Jumlah tersebut merupakan lebih dari setengah total spesies yang ada di dunia.

Dipterokarpa sendiri punya peran yang penting, karena merupakan spesies tanaman pendukung keanekaragaman hayati tropis Asia dan penyedia sumber makanan yang sangat besar melalui penyerbukan dan benihnya yang bergizi.

Dipterokarpa juga merupakan salah satu pohon tropis tertinggi di dunia, beberapa di antaranya bahkan dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 100 meter. Namun fosil daun ini sulit ditemukan.

Menurut Wilf, daun fosil di daerah tropis basah sangat langka karena tutupan hutan yang luas dan tanah yang sangat lapuk sehingga mengaburkan paparan batuan

Dalam studi ini, peneliti pun menggabungkan dua hasil penelitian untuk mengidentifikasi hutan purba Kalimantan di masa lalu.

Pertama adalah fosil serbuk sari yang sebelumnya telah digunakan untuk mempelajari kehidupan tumbuhan di Kalimantan serta temuan terbaru yaitu fosil daun.

"Hasilnya kita benar-benar melihat seperti apa lingkungan jutaan tahun yang lalu. Itu sangat mirip dengan apa yang dapat Anda temukan sekarang meski telah banyak pohon yang ditebang," ungkap Wilf.

Baca juga: Ditemukan, Spesies Baru Katak Bertanduk dari Hutan Kalimantan

 

Sementara itu seperti yang kita tahu, hutan Kalimantan berada di bawah tekanan dari kegiatan penebangan, konservasi lahan pertanian, dan perubahan iklim. Sehingga mempertahankan dan menjaga kelestarian hutan pun menjadi prioritas utama.

Terutama dalam hal ini adalah pohon dipterokarpa, yang berfungsi sebagai dasar kehidupan bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk bekantan, macan dahan, beruang madu, dan rangkong badak.

Baca juga: Hilang 170 Tahun, Burung Misterius Muncul di Hutan Kalimantan

Sayangnya, saat ini ada sekitar 89 persen dari 460 spesies dipterokarpa Asia berstatus Hampir Terancam Punah, sedangkan 57 persen berstatus Terancam Punah dan Sangat Terancam Punah.

Jika ini terus terjadi, maka kita akan kehilangan hutan yang berharga dan juga kesempatan untuk mempelajari sejarahnya.

"Hanya ada sedikit penelitian fosil dari daerah tropis Asia. Saya berharap studi ini pun akan merangsang lebih banyak penelitian tentang fosil di daerah tropis, karena mereka akan memberikan informasi mengenai sejarah alam wilayah tersebut," tambah Ferry Slik, ahli ekologi dari Universiti Brunei Darussalam.

Penelitian telah dipublikasikan di PeerJ.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com