Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Sebanyak 5.500 Virus RNA Baru Ditemukan di Lautan

Kompas.com - 10/04/2022, 20:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Studi pada koleksi di lautan menunjukkan, bahwa terdapat 5.500 virus baru yang telah ditemukan dari perairan di seluruh penjuru dunia. Berdasarkan analisis genetik, ribuan virus RNA tersebut sebelumnya belum teridentifikasi, baik filum maupun kelompok biologisnya.

Sekumpulan peneliti internasional menggabungkan analisis khusus dengan pohon evolusi tradisional.

Mereka melakukan evaluasi setidaknya pada 35.000 sampel air di dunia, untuk mengidentifikasi virus baru yang mengandung materi genetik RNA.

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Peran RNA dan DNA Membentuk Kehidupan Awal di Bumi

Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal Science pada 7 April 2022 ini, menyebut virus RNA (ribonucleic acid) adalah virus paling terkenal karena penyakit yang ditimbulkannya pada manusia, seperti flu biasa maupun Covid-19.

Mereka juga menginfeksi tumbuhan maupun hewan yang penting bagi kehidupan manusia.

Para peneliti mengatakan, bahwa spesies virus yang baru ditemukan, tidak hanya mewakili lima filum virus RNA, tetapi juga menunjukkan adanya lima filum baru yang belum teridentifikasi.

Tim peneliti mengusulkan ribuan virus baru untuk dikategorika ke dalam filum Taraviricota, Pomiviricota, Paraxenoviricota, Wamoviricota dan Arctiviricota. Sebagian besar virus baru, kata mereka, termasuk dalam filum Taraviricota yang tengah diusulkan.

"Ada begitu banyak keragaman baru di sini, dari seluruh filum, Taraviricota ditemukan di seluruh lautan yang menunjukkan bahwa mereka penting secara ekologis," terang penulis utama studi dari The Ohio State University, Matthew Sullivan.

Dilansir dari Independent, Sabtu (9/4/2022) virus yang menginfeksi mikroba memiliki tiga fungsi utama yakni membunuh sel, mengubah cara sel yang terinfeksi mengelola energi mereka dan mentransfer gen dari satu inang ke inang lainnya.

Virus baru tersebut membawa informasi genetik dalam RNA, bukan DNA. Peneliti berkata virus RNA berkembang pada tingkat yang jauh lebih cepat dibandingkan virus DNA.

Ratusan ribu virus DNA di ekosistem alami mereka telah dibuatkan katalognya oleh para ilmuwan, sementara virus RNA relatif belum dipelajari. Oleh karenanya, mereka menggunakan perangkat kecerdasan buatan machine learning untuk menganalisis puluhan ribu urutan virus.

Baca juga: Virus Heartland yang Diduga Berbahaya Ditemukan pada Kutu, Ini Kata Peneliti

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com