Fakta bahwa sinyal ini ada di batuan laut di periode Kapur juga menunjukkan, bahwa pasti ada banyak sekali belerang di atmosfer setelah peristiwa tumbukan tersebut.
Namun Witts menyebut bila asteroid menabrak tempat lain mungkin tak akan ada banyak belerang yang dilepaskan ke atmosfer dan perubahan iklim yang mengikutinya mungkin tak separah itu.
Perkiraan sebelumnya, aerosol belerang yang memasuki atmosfer Bumi setelah tumbukan asteroid berkisar antara 30 hingga 500 gigaton.
Belerang ini kemudian akan berubah menjadi aerosol sulfat yang akan menyebabkan 2 hingga 8 derajat Celcius pendinginan permukaan Bumi selama beberapa dekade setelah tumbukan.
Tapi temuan baru yang mengungkap lebih banyak jumlah belerang yang dihasilkan dibanding perkiraan di atas, menunjukkan perubahan iklim yang terjadi bisa menjadi lebih parah.
Studi ini dipublikasikan secara daring Senin, (21/3/2022) di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Baca juga: Bagaimana Burung Bertahan Hidup dari Hantaman Asteroid Pembunuh Dinosaurus?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.