Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap Adanya Peningkatan Peradangan Makrofag Beberapa Bulan Setelah Covid-19 Gejala Ringan

Kompas.com - 17/03/2022, 20:30 WIB
Mela Arnani,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru dari Karolinska Institutet di Swedia, Helmholtz Centre Munich (HMGU) dan Technical University of Munich (TUM), yang keduanya di Jerman, menunjukkan jenis sel kekebalan tertentu yang disebut makrofag, mengalami perubahan ekspresi inflamasi dan metabolisme beberapa bulan setelah infeksi Covid-19.

Gejala jangka panjang atau long covid relatif umum terjadi setelah infeksi corona yang parah, tapi juga dapat memengaruhi beberapa individu dengan penyakit ringan sebelumnya.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami penyimpangan kekebalan jangka panjang pada pasien yang telah pulih dari fase akut infeksi.

Untuk memeriksa aspek tersebut, para peneliti menganalisis sampel darah dari 68 orang dengan infeksi Covid-19 ringan sebelumnya dan kelompok kontrol yang terdiri dari 36 orang yang tidak memiliki infeksi corona.

Baca juga: Meski Omicron Bergejala Covid-19 Ringan, Epidemiolog Sebut Infeksinya Masih Berbahaya

Studi

Para peneliti mengisolasi makrofag di laboratorium dan merangsangnya dengan protein lonjakan, streoir, dan lipopolisakarida (LPS), sebuah molekul yang memicu sistem kekebalan tubuh.

Sel-sel itu kemudian diurutkan RNA-nya untuk mengukur gen aktif. Para peneliti juga mengukur keberadaan molekul pensinyalan eicosanoid, yang merupakan fitur mendasar dari peradangan.

“Tidak mengherankan menemukan sejumlah besar molekul eicosanoid pada orang dengan Covid-19 karena penyakit ini menyebabkan peradangan. Tapi, mengejutkan bahwa mereka masih diproduksi dalam jumlah tinggi beberapa bulan setelah infeksi,” ujar Craig Wheelock.

Studi ini juga menunjukkan konsentrasi leukotrien yang lebih tinggi. Ini merupakan jenis molekul pro-inflamasi yang ditekahui menyebabkan asma.

“Sangat mengejutkan bahwa konsentrasi leukotrien tetap tinggi dalam makrofag pada orang yang menderita Covid-19 ringan,” ujar penulis korespondensi studi Julia Esser-von Bieren, pemimpin kelompok penelitian di Helmholtz Center Munich dan Technical University of Munich.

Baca juga: Terinfeksi Covid-19 Bergejala Ringan, Bisakah Sembuh Tanpa Minum Obat?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com