Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Rawat Inap Anak akibat Omicron Meningkat, Dokter Minta Orangtua Waspada

Kompas.com - 17/03/2022, 19:05 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Varian Omicron bukan hanya berdampak pada orang dewasa, tetapi juga pada anak-anak khususnya yang berusia balita.

Bahkan, menurut data dari Afrika Selatan dilaporkan bahwa populasi anak usia nol sampai 18 tahun mengalami peningkatan angka rawat inap akibat Omicron hingga 20 persen.

Sementara, beberapa laporan dari Afrika Selatan tahun 2022 menyebutkan balita paling terdampak varian Omicron, dan mungkin disebabkan karena mereka belum divaksinasi Covid-19.

Baca juga: 13 Tanda Bahaya Covid-19 pada Anak, Apa Saja?

"Salah satunya mungkin pada saat ini, vaksinasi itu belum direkomendasikan untuk usia tersebut (nol sampai 4 tahun)," papar Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesa (IDAI) dr Yogi Prawira, SpA (K); dalam diskusi daring Omicron Benarkah Tidak Berbahaya?, Kamis (17/3/2022).

Diakuinya, pasien anak yang datang ke rumah sakit tidak selalu karena gejala infeksi saluran pernapasan atas, yang mana persentase batuk hanya 40 persen, dan gejala sesak napas sebesar 23 persen.

Gejala Covid-19 pada anak pun diikuti oleh gangguan di saluran pencernaan atau gastroenteritis seperti diare dan muntah, demam, bahkan kejang.

"Yang kita perhatikan dalam kondisi saat ini, cukup banyak anak yang mengalami kejang, padahal sebelumnya tidak pernah kejang sama sekali. Jadi kita harus lebih berhati-hati," ujar Yogi.

Sementara itu, berdasarkan studi tahun 2022 yang dipublikasikan di Acta Pediatrica terhadap 139 anak usia nol hingga 13 tahun yang dirawat akibat infeksi Omicron, menunjukkan 20 persen di antaranya mengalami kejang.

Gejala kejang dan gastroenteritis, kata dia, adalah gejala Omicron pada anak yang paling sering menyebabkan mereka harus dirawat di rumah sakit.

"Ditemukan juga ada beberapa remaja yang setelah mengalami gejala pada susunan saraf pusat, kemudian diikuti dengan sifat agresif non-spesifik, anak halusinasi sampai memukul orangtuanya," imbuhnya.

Kendati varian Omicron ditemukan lebih ringan, pada anak tingkat kematiannya berisiko melonjak tinggi terutama yang memiliki penyakit penyerta (komorbid). Sebab, balita diketahui belum dapat menerima vaksin Covid-19 untuk melindungi dirinya dari infeksi virus.

"Sehingga anak-anak yang memiliki komorbid ini, kalau mereka terinfeksi (virus corona) kita harus lebih berhati-hati," ungkap Yogi sambil menjelaskan dampak Omicron pada anak.

Baca juga: 5 Gejala Long Covid pada Anak yang Paling Sering Muncul

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com