Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Serangga di Dunia Menurun, Apa Dampaknya bagi Manusia?

Kompas.com - 02/03/2022, 19:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber NPR

KOMPAS.com - Populasi serangga di dunia terancam mengalami penurunan drastis karena hilangnya habitat, penggunaan pestisida, maupun perubahan iklim.

Menurut laporan ilmiah tahun 2019 yang dipublikasikan di Biological Conservation, sebanyak 40 persen dari keseluruhan dari populasi serangga menurun secara global, sementara sepertiga dari mereka terancam punah.

Dijelaskan penulis isu lingkungan, Oliver Milman, manusia akan terdampak jika populasi serangga benar-benar hilang di muka Bumi.

Sebab, hewan seperti serangga berkontribusi dalam penyerbukan tanaman yang dikonsumsi, menghancurkan limbah di tanah, serta membentuk dasar rantai makanan di mana ada manusia di dalamnya.

Baca juga: Polusi Udara Mempersulit Serangga Penyerbuk Temukan Tanaman

"Bumi akan menjadi tempat yang sangat mengerikan untuk ditinggali, dan tentu saja bukan sesuatu yang harus kita tuju," ujar Milman.

Dia menambahkan, apabila serangga menghilang maka manusia akan mengalami kelaparan massal, bahkan mayat-mayat akan membusuk di mana-mana lantaran kumbang kotoran dan serangga yang akan memecah materi itu hilang.

Milman mencontohkan penurunan populasi kupu-kupu raja di Amerika Utara dalam 40 tahun terakhir.

Selain itu, berdasarkan riset yang dilakukan PBB pada 2019 lalu, menunjukkan bahwa setengah juta spesies serangga berada di bawah ancaman kepunahan.

"Ada penurunan yang konsisten pada sebagian besar populasi serangga, dan itu menimbulkan masalah besar bagi mereka, juga bagi kita," terang Milman seperti dilansir dari NPR, Kamis (24/2/2022).

Dampak hilangnya serangga

Dalam bukunya yang berjudul "The Insect Crisis: The Fall of the Tiny Empires That Run the World" Milman menuliskan, meski tidak mungkin mengetahui secara pasti apa yang terjadi pada setiap spesies serangga di dunia, yang jelas tren penurunan populasi ini tidak baik.

Hilangnya serangga, kata Milman, menimbulkan rasa kekhawatiran baru tentang kerawanan pangan. Pasalnya, 300 persen peningkatan volume produksi pertanian bergantung pada penyerbukan hewan.

"PBB telah memperingatkan bahwa ini akan menjadi masalah ketahanan pangan, sesuatu yang perlu menjadi fokus dunia," imbuhnya.

Baca juga: Deforestasi Menyebabkan Serangga Kehilangan Sayap, Kok Bisa?

 

Dengan demikian tanpa serangga, tidak akan ada buah-buahan, sayuran, ataupun sumber makanan lainnya. Ketika populasi serangga turun secara signifikan, maka mereka akan keluar dari dasar rantai makanan. Sehingga, baik pada hewan maupun manusia akan terdampak.

"Jumlah burung telah dilaporkan menurun di beberapa negara, burung yang memakan serangga bernasib lebih buruk daripada burung yang omnivora, seperti gagak," terang Milman.

"Serangga memberikan dasar yang sangat penting dalam piramida makanan, dan mereka merupakan bagian yang sangat penting dari lingkungan kita secara keseluruhan," lanjutnya.

Dia juga mencatat hilangnya habitat serangga untuk hidup mulai tergerus oleh banyaknya pembukaan lahan pertanian, pembangunan infrastruktur, hingga maraknya industri.

"Banyak tempat yang kita anggap sebagai lahan yang tidak produktif, berantakan, dipenuhi bunga liar, semak belukar, jenis semak berduri dan rumput liar, sebenarnya merupakan penyedia makanan yang sangat penting untuk serangga," pungkas Milman.

Baca juga: Serangga Super Langka Ditemukan di Uganda, Seperti Apa Bentuknya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com