Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Siapkan Protokol untuk Ubah Status Pandemi Covid-19 Jadi Endemi

Kompas.com - 01/03/2022, 09:03 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, bahwa pemerintah tengah menyiapkan protokol untuk mengubah status pandemi Covid-19 menjadi endemi. Hal ini, kata dia, didasarkan arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kami dapat arahan dari Presiden (Jokowi) atas masukan menteri koordinator mengenai strategi dari pandemi jadi endemi. Kita sudah siapkan protokolnya," ujar Budi dalam konferensi pers yang ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (27/2/2022).

Akan tetapi, Budi tidak menyebutkan langkah seperti apa yang akan diambil dalam penyusunan protokol untuk mengubah pandemi jadi endemi di Indonesia.

Sebagai informasi, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) endemi adalah penyakit yang menjangkit suatu daerah atau populasi masyarakat tertentu.

Baca juga: Kapan Pandemi Covid-19 Bisa Menjadi Endemi? Ini Kata Kemenkes

Kemunculan suatu penyakit bisa dikatakan sebagai endemi jika terjadi secara konsisten. Kondisi ini biasanya terjadi di dalam suatu populasi atau wilayah geografis tertentu. Sehingga, penyakit endemi akan selalu ada di wilayah itu dan hidup berdampingan bersama masyarakat.

Menkes Budi juga menyinggung soal arahan Jokowi yang meminta agar protokol pandemi menjadi endemi ini dilakukan secara hati-hati.

Jokowi mengimbau agar pertimbangan saintifik dan kesehatan diberlakukan secara berimbang, dengan pertimbangan dari segi sosial maupun budaya.

"Kami memahami tidak bisa hanya pertimbangan kesehatan dan saintifik yang digunakan. Arahan beliau (Jokowi) coba dibuat seimbang, jangan terlampau banyak murni pertimbangan sosial dan politik. Dengan demikian pengambilan keputusan di Indonesia baik," terang Budi.

Di sisi lain, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi M.Epid, menyampaikan, bahwa indikator pengendalian pandemi Covid-19 menunjukkan kinerja yang terus membaik.

“Beberapa indikator pengendalian Covid-19 terus menunjukkan perbaikan. Ini merupakan hasil dari kerja sama kita bersama untuk dapat mengendalikan pandemi, memutus mata rantai penularan Covid-19, dan menuju era endemi Covid-19,” papar Nadia dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/2/2022).

Baca juga: Pemerintah Optimis Covid-19 Akan Berstatus Endemi, Ini 3 Tahap Persiapannya

 

Kemudian, dia membeberkan indikator lain yang menunjukkan perbaikan adalah positivity rate yang turun menjadi 17,93 persen pada Jumat (25/2/2022), dari yang sebelumnya di posisi 19,94 persen.

Dokter Nadia berkata, pemerintah masih terus melakukan upaya untuk menekan angka kasus infeksi, di antaranya dengan mempercepat serta memperluas cakupan vaksinasi.

Kemenkes juga telah mempersingkat jarak waktu pemberian vaksin dosis ketiga atau booster, bagi lansia dan masyarakat umum di atas usia 18 tahun menjadi tiga bulan setelah mendapat vaksinasi primer.

Baca juga: Apa Itu Endemi dan Bedanya dengan Pandemi? Pakar Sebut Covid-19 akan Jadi Endemi

“Kita ketahui bahwa pasien dengan gejala terparah dan berisiko meninggal adalah mereka yang belum mendapatkan vaksinasi lengkap, atau belum divaksinasi sama sekali," ucap Nadia.

"Ditambah dengan golongan lanjut usia dan memiliki riwayat komorbid semakin memperbesar risiko bergejala berat hingga kematian akibat infeksi Covid-19," lanjutnya.

Adapun cakupan vaksinasi Covid-19 nasional per Senin (27/2/2022) pada dosis pertama mencapai 91,55 persen. Sedangkan vaksin dosis kedua mencapai 69,04 persen, dan dosis ketiga sebesar 4,71 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com