KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan ancaman bencana hidrometeorologi usai guncangan gempa bumi berkekuatan M 6,2 yang terjadi di Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat (25/2/2022) lalu.
Adapun ancaman bencana yang dimaksud BMKG berupa potensi longsor, banjir, dan banjir bandang di area hulu sungai lereng Gunung Talamau.
“Untuk gempa Insya Allah perkembangannya jauh melandai. Artinya, gempa-gempa susulan yang terjadi semakin melemah menuju kestabilan,” ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangan resminya, Senin (28/2/2022).
Berkaitan dengan hal ini, Dwikorita menyampaikan kepada masyarakat agar mewaspadai adanya potensi bencana hidrometeorologi, mengingat saat ini masih memasuki musim penghujan.
Baca juga: Waspada Bencana Hidrometeorologi Sepanjang Tahun 2022, Ini Prediksi dan Imbauannya
Dirinya meminta agar masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai pada lereng Gunung Talamau lebih waspada, dan siaga karena potensi bencana tersebut bisa sewaktu-waktu terjadi.
“Jadi kewaspadaan masyarakat harus bergeser, tidak lagi soal gempa tapi bencana akibat musim penghujan. Berdasarkan hasil survei, teridentifikasi luapan banjir sedimen mencapai radius kurang lebih 200 meter dari tepi sungai," imbuhnya.
Oleh karena itu, masyarakat yang bermukim dan beraktivitas di sepanjang aliran sungai yang mengalir dari lereng atas Gunung Talamau diimbau untuk menghindari zona dalam radius 200 meter dari tepi sungai, apabila hujan turun di lereng gunung tersebut.
"Situasi ini diperkirakan akan berlangsung hingga Maret sampai April,” lanjut Dwikorita.
Upaya mitigasi bencana hidrometeorologi
Saat ini, kata Dwikorita, BMKG bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melakukan upaya mitigasi, untuk mereduksi dampak apabila bencana hidrometeorologi menerjang.
Pihaknya menerangkan, bahwa upaya pencegahan dilakukan BMKG ialah, dengan terus memonitor cuaca, serta intensitas hujan.
Sementara, BWS melakukan pengerukan sedimen lumpur atau material longsoran yang terjadi akibat gempa, dan tersapu oleh hujan atau aliran sungai, dengan menggunakan alat berat.
Baca juga: 5 Fakta Gempa Pasaman Barat, Termasuk Sudah 62 Kali Susulan Sampai Hari Ini