Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpotensi Menjadi Siklon Tropis, Pola Sirkulasi Angin Terpantau di Perairan NTT, Ini Dampaknya

Kompas.com - 23/02/2022, 18:10 WIB
Mela Arnani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Jakarta Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) memantau kondisi dinamika atmosfer berpotensi menjadi siklon tropis. Terpantau pola sirkulasi angin di perairan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berdasarkan analisis pada 23 Februari 2022, terpantau adanya pola sirkulasi angin yang dipicu oleh daerah pola tekanan rendah di sekitar Laut Timor sebelah selatan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berdasarkan pantauan citra satelit cuaca Himawari-8, di wilayah sekitar sistem sirkulasi tersebut terlihat adanya pumpunan awan konvektif yang telah bertahan selama 12 jam terakhir namun belum terorganisir dengan baik membentuk sistem dengan pola sirkular.

"Hasil analisis angin per lapisan menunjukkan adanya pola sirkulasi pada lapisan bawah hingga menengah namun masih cukup melebar," ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Rabu (23/2/2022).

Guswanto menjelaskan, pembentukan pola sirkulasi angin tersebut dipicu oleh terbentuknya area tekanan rendah dan diperkuat dengan adanya faktor konvektifitas udara yang signifikan di wilayah timur Indonesia.

Hal ini sebagai dampak dari aktifnya fenomena gelombang atmosfer, yaitu MJO (Madden Julian Oscilation), Gelombang Kelvin, serta Gelombang ER (Equatorial Rosbby) di wilayah timur Indonesia.

Baca juga: Bibit Siklon Tropis 97S Meningkatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Indonesia 3 Hari ke Depan

"Data model prediksi BMKG menunjukkan bahwa pergerakan sistem sirkulasinya (pola sirkulasi angin berpotensi menjadi siklon tropis) menuju ke arah selatan hingga barat daya dan menjauhi wilayah Indonesia," papar dia.

Sementara itu, potensi sistem sirkulasi tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam periode 24 jam kedepan masih berada dalam kategori rendah dengan potensi peningkatan sirkulasi yang semakin terorganisir untuk periode 72 jam ke depan.

Sebagai informasi, suatu kriteria bahwa bibit siklon dapat dikatakan meningkat menjadi siklon tropis adalah apabila kecepatan angin maksimum di sekitar sistemnya mencapai minimal 35 knot (65 km/jam).

Adapun keberadaan sistem sirkulasi tersebut dapat membentuk daerah pertemuan dan belokan angin di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, sebagian Jawa-Bali, Nusa Tenggara Barat, dan NTT.

"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah pusat tekanan rendah dan di sepanjang daerah pertemuan dan belokan angin tersebut," kata Guswano.

Dampak pola sirkulasi angin

Dalam 24 jam ke depan, dampak pola sirkulasi angin pada cuaca yang berpotensi menjadi siklon tropis di Indonesia tersebut, dapat memberikan dampak tidak langsung terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut, sebagai berikut:

Baca juga: BMKG Pantau Siklon Tropis Tiffany, Ini Dampaknya pada Cuaca Indonesia

Prakiraan streamline Siklon tropis Nyatoh pada 1 Desember 2021KOMPAS.COM/Tangkapan Layar Prakiraan streamline Siklon tropis Nyatoh pada 1 Desember 2021

- Hujan sedang hingga lebat

Potensi hujan sedang hingga lebat disertai kilat/petir/angin kencang yang dapat berdampak pada potensi terjadinya bencana hidrometeorologi (banjir/bandang, longsor, dan lain-lain) di wilayah:

  • Nusa Tenggara Timur
  • Nusa Tenggara Barat
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Maluku

- Gelombang tinggi

Sementara itu, kemungkinan terjadi gelombang tinggi di wilayah perairan berikut:

Tinggi gelombang 1,25 - 2,5 meter (moderate sea)

Gelombang setinggi 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di wilayah berikut:

  • Perairan Selatan Pulau Sumba
  • Laut Sawu bagian selatan
  • Perairan Kepulauan Sabalana–Kepulauan Selayar
  • Laut Flores bagian barat
  • Perairan utara Flores

Baca juga: BMKG Pantau Siklon Tropis Tiffany, Ini Dampaknya pada Cuaca Indonesia

Tinggi gelombang 2,5-4 meter (rough sea)

Sedangkan gelombang setinggi 2,5-4 meter berpeluang terjadi di wilayah berikut:

  • Laut Banda
  • Perairan Kepulauan Sermata-Tanimbar

Tinggi Gelombang 4-6 meter (very rough sea)

Gelombang setinggi 4-6 meter berpotensi terjadi di wilayah Laut Arafuru bagian barat.

Guswanto menegaskan, BMKG melalui Jakarta TCWC terus melakukan pemantauan perkembangan potensi siklon tropis dan aktivitas dinamika atmosfer lainnya beserta potensi dampak cuaca ekstrem.

Baca juga: BMKG Deteksi Siklon Tropis Rai dan Bibit Siklon Tropis 94B, Waspada Hujan dan Angin Kencang

Terkait dengan potensi cuaca ekstrem sebagai dampak siklon tropis yang dapat terbentuk tersebut, masyarakat diimbau untuk:

1.Menghindari kegiatan pelayaran di wilayah perairan yang terdampak

2.Menghindari daerah rentan mengalami bencana seperti lembah sungai, lereng rawan longsor, pohon yang mudah tumbang, tepi pantai, dan lainnya.

3.Mewaspadai potensi dampak seperti banjir/bandang/banjir pesisir, tanah longsor dan banjir bandang terutama di daerah yang rentan

4.Stakeholder yang terkait kebencanaan untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan koordinasi dengan pihak-pihak terkait lainnya.

Adapun bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, dapat langsung mengakses website https://www.bmkg.go.id, media sosial resmi BMKG, aplikasi iOS dan android "Info BMKG", atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Baca juga: Daftar Wilayah Waspada Hujan dan Gelombang Tinggi akibat Bibit Siklon Tropis 97W

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com