Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2022, 13:32 WIB
Lulu Lukyani

Penulis

KOMPAS.com - Pemberian vaksin bertujuan untuk memperkenalkan sistem kekebalan tubuh pada antigen, bagian spesifik dari organisme penyebab penyakit yang digunakan tubuh untuk mengidentifikasi virus yang menyerang. 

Vaksinasi biasanya dilakukan dengan penyuntikkan di bagian lengan atas, sebagaimana pemberian vaksin Covid-19.

Lantas, mengapa vaksin disuntikkan ke lengan? Mengapa tidak di lemak tepat di bawah kulit atau di pembuluh darah? 

Dilansir dari ABC News, ada beberapa alasan yang menjelaskan mengapa vaksin disuntikkan ke otot lengan atas. Berikut penjelasannya:

1. Kekuatan otot 

Dr. Joanna Groom, peneliti imunologi di Walter and Eliza Hall Institute, mengatakan, tidak seperti lapisan lemak di bawah kulit, otot memiliki suplai darah yang sangat baik untuk membantu menyebarkan vaksin. 

Baca juga: Vaksin HPV Bisa Cegah Kanker Serviks, Penyebab Kematian Tertinggi Kedua Perempuan Indonesia

Otot mengandung dan merekrut sel-sel kekebalan yang disebut sel dendritik, yang mengambil antigen dengan cepat dan menempelkannya di permukaannya. 

Sel dendritik kemudian bermigrasi ke kelenjar getah bening, yang merupakan tempat pertemuan untuk sistem kekebalan tubuh.

Di kelenjar getah bening, sel dendritik bertemu sel T dan sel B, sel darah putih yang membantu mempertahankan tubuh dari patogen tertentu. 

Sebuah sel dendritik akan menunjukkan antigen ke sel T dan B hingga menemukan sel yang mengenali antigen tersebut.

Kemudian, sel memberi mereka sinyal untuk berkembang biak dan, dalam kasus sel B, mulai membuat antibodi.

Baca juga: Kemenkes: Riset Vaksin Covid-19 dapat Kurangi Risiko Kematian Pasien

"Dalam kasus vaksin COVID-19, amplifikasi itu berarti mereka dapat memblokir protein lonjakan SARS-CoV-2 sehingga virus tidak bisa lagi masuk ke dalam sel," jelas Dr. Groom. 

2. Lebih aman 

Otot memiliki sedikit jaringan Goldilocks untuk membagikan vaksin ke sel-sel kekebalan tubuh dengan tidak terlalu lambat, tetapi juga tidak terlalu cepat. 

Selain menyediakan kumpulan sel dendritik yang siap pakai, otot bertindak sebagai "deposit" sehingga vaksin dapat bertahan beberapa saat dan digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama. 

Dengan demikian, Dr. Groom mengatakan, cara ini diperkirakan menghasilkan aktivasi sistem kekebalan yang maksimal.

Sementara itu, vaksin yang disuntikkan langsung ke aliran darah rentan hancur. 

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik Lakukan Vaksinasi HPV untuk Cegah Kanker Serviks?

"Ada sel-sel kekebalan nonspesifik lain yang dapat membersihkan vaksin dan menurunkannya sebelum memiliki kesempatan untuk mencapai kelenjar getah bening," kata Dr. Groom. 

"Oleh sebah itu, vaksin tidak memiliki kesempatan untuk membagikan informasi ini dengan sel B dan T." 

3. Efek samping yang lebih ringan

Selain lebih mudah dilakukan, menyuntikkan vaksin ke otot juga memiliki sedikit efek samping yang parah.

Secara keseluruhan, menyuntikkan vaksin ke otot menyebabkan peradangan lebih sedikit daripada vaksin di pembuluh darah.

Sebagian besar vaksin terdiri dari dua bagian, yakni bagian antigen spesifik virus dan zat yang menciptakan respons imun yang lebih kuat yang disebut adjuvant.

Baca juga: 7 Cara Mencegah Varian Omicron, Taat Prokes hingga Vaksinasi

 

"Adjuvant terkadang dapat menyebabkan peradangan secara keseluruhan, lebih melalui rute intravena daripada ketika berada di jaringan," jelas Dr. Groom. 

"Otot membantu melokalisasi setiap reaksi merugikan dan meminimalkannya, jadi lebih aman."

Dr. Groom mengatakan, efek samping umum dari vaksinasi intramuskular mungkin benar-benar menyakitkan selama beberapa hari, namun ini adalah tanda bahwa sistem kekebalan tubuh melakukan tugas yang seharusnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com