Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Direktur Gizi Kemenkes: Penanganan Stunting Harus Disesuaikan Versi Kearifan Lokal

Kompas.com - 28/01/2022, 20:45 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dr Dhian P. Dipo mengingatkan, agar setiap pemerintah daerah harus memiliki strategi penanganan stunting versi kearifan lokal daerahnya masing-masing.

Hal ini disampaikan Dhian dalam dalam webinar Kompas Talks dari Hari Kompas bersama Danone Indonesia yang bertajuk "Bersama Cegah Stunting, Wujudkan Generasi Sehat di Masa Depan", Rabu (26/1/2022).

"Penanganan stunting tidak bisa dilakukan sama rata, harus memerhatikan kearifan lokal setempat, karena tidak semua bisa dilakukan dengan hal yang sama," kata Dhian.

Baca juga: Kenali Tanda Awal Stunting pada Anak

Lebih lanjut, Dhian menjelaskan bahwa penanganan stunting yang harus memerhatikan kearifan lokal setempat merupakan implementasi dari intervensi target penurunan stunting di tanah air.

Dalam upaya mencapai target penurunan kasus stunting di Indonesia dari 27,67 persen (2019) menjadi 14 persen tahun 2024 nanti. Semua instansi terkait melakukan berbagai intervensi agar penurunan stunting ini terjadi.

Pertama adalah intervensi gizi spesifik yang program-programnya dilakukan dan dipertanggungjawabkan oleh Kementerian Kesehatan.

Kedua, intervensi gizi sensitif adalah strategi atau program yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar bidang kesehatan atau Kementerian Kesehatan.

Misalnya, Kementerian Pertanian yang harus turut ambil andi menunjang penurunan stunting dengan melakukan ketahanan pangan di masyarakat.

"Konvergensi (dalam intervensi gizi sensitif) ini biasanya dipantau oleh kementerian dalam negeri. Hal ini selalu ada laporannya yang bisa terus kita evaluasi bersama," ujarnya.

Untuk itu, kata Dhian, kegiatan intervensi ini tidak bisa dilakukan sama rata, karena harus memerhatikan kearifan lokal setempat yang berbeda-beda di Indonesia.

"Ya karena tidak semua intervensi penurunan stuntingnya di setiap daerah bisa dilakukan dengan hal yang sama," kata dia.

Sebab, permasalahan satu desa dengan desa yang lain, atau satu kabupaten/kota di seluruh Indonesia ini tidak akan sama. Hal itu berkaitan dengan banyak faktor, misalnya faktor ketersediaan air bersih, sumber asupan pangan masyarakat, akses dan fasilitas pelayanan kesehatan dan lain sebagainya.

Jika intervensi gizi sensitif ini dilakukan dengan pola yang sama di seluruh Indonesia, maka akan ada ketimpangan dan ketidakseimbangan data serta kesulitan menangani stunting jika bertolak ukur pada penanganan di wilayah lain.

Adapun, contoh dari intervensi gizi sensitif ini yaitu sebagai berikut:

- Peningkatan penyediaan air bersih dan sarana sanitasi

- Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi dan kesehatan

- Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan gizi ibu dan anak

- Peningkatan akses pangan bergizi

Sasaran utama intervensi gizi sensitif adalah keluarga dan masyarakat, yang dilakukan melalui berbagai program dan kegiatan.

"Jadi kegiatannya dilakukan dengan memerhatikan tugas dan fungsi berbagai sektor, tokoh masyarakat, LSM, mitra, sesuai dengan poksinya masing-masing tetapi tetap dengan sasaran yang sama," kata dia.

"Intervensi ini dilakukan sesuai dengan target strategi dan sasarannya," tambahnya.

Baca juga: 2 Intervensi Gizi Bantu Percepatan Penurunan Stunting dengan Target 14 Persen 2024

 

Contoh penanganan stunting dengan kearifan lokal

Dhian menjelaskan, penanganan stunting versi kearifan lokal ini juga merupakan bagian dari strategi konvergensi.

"Tantangan kita untuk mempercepat penanganan stunting ini adalah masalah disparitas daerah, ada yang sudah berhasil, ada yang belum. Nah, sebenarnya ini (daerah yang sudah berhasil) melakukan inovasi-inovasi dengan cara konvergensi daerah," kata dia.

Untuk diketahui, konvergensi penurunan stunting merupakan pendekatan penyampaian intervensi yang dilakukan secara terkoodinir, terintegrasi, dan bersama-sama untuk mencegah stunting kepada sasara prioritas.

Baca juga: Mencegah Stunting Tidak Tunggu Anak Lahir, bahkan Bisa Dilakukan Sebelum Menikah

Semua pihal melalui Tim Koordinasi Lintas Sektor yang ditunjuk atau dibentuk oleh Gubernur/Bupati/Walikota sangat berperan dalam mengonvergensi intervensi gizi di daerah.

Ia mencontohkan, persoalan ketahanan pangan, dalam intervensinya ke masyarakat setempat oleh pihak-pihak yang sesuai memberikan pemahaman dan edukasi mengenai hal ini.

Dalam hal ketahanan pangan ini, masyarakat bisa saja diajarkan untuk menanam, beternak ayam, beternak sapi atau ikan dan lain sebagainya, menyesuaikan topografi ataupun kondisi di daerah masing-masing.

Contoh lainnya, pada daerah yang kesulitan air bersih, maka bisa mengupayakan bekerja sama dalam kelompok membuat air bersih yang bisa digunakan untuk bersama.

"Untuk daerah yang sulit air, bisa melakukan hal ini," ujarnya.

Salah satu daerah yang dijadikan percontohan dalam pemaparan Dhian adalah Gorontalo.L

"Di Gorontalo, untuk pangan lokal di masukkan ke dalam kurikulum sekolah. Jadi anak-anak bisa belajar bahwa makanan yang dianggap biasa saja merupakan makanan yang baik untuk dikonsumsi," jelasnya.

"Dan ini menjadi suatu inovasi daerah yang memang perlu diangkat untuk dijadikan contoh penanganan stunting," imbuhnya.

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2018, prevalensi stunting di Provinsi Gorontalo turun menjadi 32,5 persen dari 38,8 persen pada tahun 2013.

Walaupun masih di atas rata-rata nasional 28 persen, prevalensi balita gizi kurang dari 19,6 persen menjadi 17,7 persen, penurunan prevalensi balita pendek (stunting) dari 37,2 persen menjadi 30,8 persen.

Baca juga: Ketahui, Begini Komposisi Pangan Seimbang untuk Mencegah Stunting

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com