KOMPAS.com - Lebih dari seratus pemimpin dunia akan mengikrarkan janji untuk mengakhiri deforestasi dan mengembalikan fungsi hutan pada tahun 2030, Selasa (2/11/2021).
Janji itu akan tertuang dalam kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) terkait iklim (COP26) di Glasgow yang dihadiri Presiden Joko Widodo.
Sebagai pengekspor minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia dianggap salah satu negara kunci yang akan meneken kesepakatan tersebut.
Minyak sawit terkandung dalam berbagai produk, dari sampo hingga biskuit. Industri kelapa sawit selama ini turut memicu perusakan hutan dan hilangnya wilayah masyarakat adat.
Baca juga: Kenapa Angka 1,5 Derajat Celsius Sangat Penting dalam COP26?
Negara lain yang dianggap penting dalam kesepakatan ini adalah Brasil. Sebagian besar hutan hujan Amazon di Brasil telah ditebang dan beralih fungsi untuk keperluan industri dalam beberapa dekade.
Kesepakatan di COP26 mencakup bantuan senilai hampir 19,2 miliar dollar AS (Rp 273 triliun) yang dihimpun dari dana publik dan swasta.
Sejumlah pakar menyambut baik langkah yang diambil para pemimpin negara di COP26. Meski begitu, mereka mengungkap bahwa kesepakatan iklim di New York tahun 2014 gagal memperlambat deforestasi.
Komitmen untuk menindaklanjuti kesepakatan internasional, menurut para ahli lingkungan, perlu diwujudkan.
Penebangan pohon selama ini berkontribusi memicu perubahan iklim. Hutan yang gundul tak dapat menyerap gas karbon dioksida yang menghangatkan bumi.
KTT COP26 sepanjang dua minggu di Glasgow, Skotlandia, dipandang penting jika para pemimpin dunia ingin mengendalikan perubahan iklim.
Sejumlah negara yang menyatakan akan meneken kesepakatan di COP26, antara lain Kanada, Brasil, Rusia, dan Indonesia. Negara ini mencakup sekitar 85 persen hutan dunia.
Sebagian dari dana yang dihimpun dalam KTT ini nantinya akan diberikan ke negara-negara berkembang untuk memulihkan lahan yang rusak, mengatasi kebakaran hutan dan mendukung eksistensi masyarakat adat.
Pemerintahan dari 28 negara juga akan berkomitmen untuk menghapus deforestasi dari perdagangan global makanan dan produk pertanian lainnya seperti minyak kelapa sawit, kedelai, dan kakao.
Industri-industri ini mendorong hilangnya hutan dengan menebang pohon untuk memberi ruang bagi hewan ternak dan tanaman.
Lebih dari 30 perusahaan terbesar dunia akan berkomitmen untuk mengakhiri investasi dalam kegiatan yang terkait dengan deforestasi.