Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Indonesia dan Lebih dari 100 Negara Janji Akhiri Deforestasi Tahun 2030 di COP26

Janji itu akan tertuang dalam kesepakatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) terkait iklim (COP26) di Glasgow yang dihadiri Presiden Joko Widodo.

Sebagai pengekspor minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia dianggap salah satu negara kunci yang akan meneken kesepakatan tersebut.

Minyak sawit terkandung dalam berbagai produk, dari sampo hingga biskuit. Industri kelapa sawit selama ini turut memicu perusakan hutan dan hilangnya wilayah masyarakat adat.

Negara lain yang dianggap penting dalam kesepakatan ini adalah Brasil. Sebagian besar hutan hujan Amazon di Brasil telah ditebang dan beralih fungsi untuk keperluan industri dalam beberapa dekade.

Kesepakatan di COP26 mencakup bantuan senilai hampir 19,2 miliar dollar AS (Rp 273 triliun) yang dihimpun dari dana publik dan swasta.

Sejumlah pakar menyambut baik langkah yang diambil para pemimpin negara di COP26. Meski begitu, mereka mengungkap bahwa kesepakatan iklim di New York tahun 2014 gagal memperlambat deforestasi.

Komitmen untuk menindaklanjuti kesepakatan internasional, menurut para ahli lingkungan, perlu diwujudkan.

Penebangan pohon selama ini berkontribusi memicu perubahan iklim. Hutan yang gundul tak dapat menyerap gas karbon dioksida yang menghangatkan bumi.

KTT COP26 sepanjang dua minggu di Glasgow, Skotlandia, dipandang penting jika para pemimpin dunia ingin mengendalikan perubahan iklim.

Sejumlah negara yang menyatakan akan meneken kesepakatan di COP26, antara lain Kanada, Brasil, Rusia, dan Indonesia. Negara ini mencakup sekitar 85 persen hutan dunia.

Sebagian dari dana yang dihimpun dalam KTT ini nantinya akan diberikan ke negara-negara berkembang untuk memulihkan lahan yang rusak, mengatasi kebakaran hutan dan mendukung eksistensi masyarakat adat.

Pemerintahan dari 28 negara juga akan berkomitmen untuk menghapus deforestasi dari perdagangan global makanan dan produk pertanian lainnya seperti minyak kelapa sawit, kedelai, dan kakao.

Industri-industri ini mendorong hilangnya hutan dengan menebang pohon untuk memberi ruang bagi hewan ternak dan tanaman.

Lebih dari 30 perusahaan terbesar dunia akan berkomitmen untuk mengakhiri investasi dalam kegiatan yang terkait dengan deforestasi.

Dana sebesar 1,5 miliar dollar AS (Rp21 triliun) juga akan dikumpulkan untuk melindungi hutan hujan tropis terbesar kedua di dunia, yang berada di Cekungan Kongo.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, yang menjadi tuan rumah pertemuan global di Glasgow, menyebut kesepakatan ini sebagai perjanjian penting untuk melindungi dan memulihkan hutan bumi.

"Ekosistem besar yang beranekaragam ini, katedral alam ini, adalah paru-paru planet kita," begitu kata-kata yang rencananya akan dia tuturkan.

Simon Lewis, pakar iklim dan hutan di University College London, mengatakan, "Ini adalah kabar baik bahwa ada komitmen politik untuk mengakhiri deforestasi dari begitu banyak negara dan pendanaan yang signifikan untuk melanjutkan upaya itu."

Namun Lewis berkata bahwa masyarakat dunia sebelumnya pernah berada pada tahap ini, tepatnya saat deklarasi iklim disepakati pada tahun 2014 di New York.

Perjanjian itu, menurut Lewis, "sama sekali gagal memperlambat deforestasi".

Lewis berkata, kesepakatan baru ini tidak mengatasi meningkatnya permintaan produk seperti daging. Menurutnya, tantangan itu perlu diatasi dengan intervensi terhadap konsumsi daging yang tinggi di negara seperti Amerika Serikat dan Inggris.

Ana Yang, Direktur Eksekutif di Chatham House Sustainability Accelerator, yang ikut menulis laporan berjudul Rethinking the Brazilian Amazon, mengatakan, "Kesepakatan ini melibatkan lebih banyak negara, lebih banyak pemain, dan lebih banyak uang.

"Ini adalah langkah yang sangat penting di COP26. Pertemuan ini seputar peningkatan tingkat ambisi dan menjaga suhu global naik di bawah 1,5 derajat Celsius. Ini sangat mendasar," ujarnya.

Pentingnya hutan

Hutan adalah salah satu pertahanan utama manusia di saat dunia terus memanas. Hutan menyedot karbon dioksida dari atmosfer, bertindak sebagai penyerap karbon.

Hutan menyerap sekitar sepertiga dari karbon dioksida global yang dipancarkan setiap tahun. Saat ini kawasan hutan seluas 27 lapangan sepak bola hilang setiap menit.

Hutan yang gundul juga dapat melepaskan karbon dioksida. Jika terlalu banyak pohon yang ditebang, para ilmuwan khawatir bahwa planet ini akan mencapai titik kritis yang akan memicu perubahan iklim yang tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi.

Pada hari kedua COP26, AS dan Uni Eropa meluncurkan inisiatif yang bertujuan untuk mendorong upaya global mengurangi emisi metana. Gas rumah kaca ini berasal dari sumber seperti ekstraksi bahan bakar fosil dan peternakan.

Pada hari pembukaan COP26, India berjanji mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi nol pada tahun 2070. Tenggat waktu itu tidak sesuai dengan tujuan utama KTT ini agar setiap negara berkomitmen mencapai target itu pada tahun 2050.

Salah satu yang berpidato di KTT adalah Ratu Elizabeth II. Dia yang mendesak para pemimpin dunia, melalui rekaman video, untuk bertindak demi anak dan cucu kita. Dia mendorong agar setiap pemimpin dunia menanggalkan urusan politik demi persoalan ini.

Menurut studi yang disepakati banyak ilmuwan, suhu Bumi akan meningkat 2,7celcius pada tahun 2100. PBB menyebut peningkatan suhu itu akan mengakibatkan bencana iklim.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/11/03/093100923/indonesia-dan-lebih-dari-100-negara-janji-akhiri-deforestasi-tahun-2030-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke