Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Muda Indonesia Desak Krisis Iklim Harus Jadi Prioritas Politik

Kompas.com - 28/10/2021, 11:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, sebanyak 78 persen responden anak muda menyatakan, mereka berpartisipasi pada Pemilu 2019 dan sebanyak 84 persen menyatakan akan ikut dalam Pemilu 2024. 

Sebagaimana diketahui, terdapat 42 juta Pemilih Muda Milenial pada Pemilu 2019. Jumlah ini berpotensi meningkat dua kali lipat dengan hadirnya pemilih pemula Gen Z tahun 2024. 

"Survei ini adalah survei pemuda paling masif yang pernah ada di Indonesia," kata Burhan dalam konferensi pers Rilis Survei Nasional: Persepsi Pemilih Pemula dan Muda (Gen Z dan Milenial) atas Permasalahan Krisis Iklim di Indonesia, Rabu (27/10/2021).

Baca juga: Lebih dari 139 Juta Penduduk Dunia Terdampak Perubahan Iklim dan Covid-19 Sekaligus

Mayoritas responden berpendapat, partai politik belum punya perhatian serius soal perubahan iklim dan belum menjadikannya sebagai agenda politik, bahkan hampir semua partai hanya meraih nilai di bawah 5 persen.

Burhan mengatakan, anak muda yang akrab disebut dengan Gen Z dan milenial merupakan proporsi terbesar dari populasi Indonesia saat ini, karena proses peremajaan sedang terjadi di Indonesia.

Sehingga, menurut Burhan, sangat penting untuk memotret pendapat dan memetakan isu perubahan iklim dan politik anak muda.

"Jika politisi dapat menyerap aspirasi anak muda, maka demokrasi Indonesia akan membaik," ujarnya.

Direktur Eksekutif CERAH, Adhityani Putri mengatakan, hasil survei ini diharapkan tidak hanya berhenti sampai pada data persepsi anak muda yang telah berhasil dihimpun.

Melainkan, seharusnya dijadikan bahan agar para politisi di tanah air bergerak dan benar-benar konsen terhadap isu terkait krisis iklim, terutama bagaimana strategi agar kita bisa menekan risiko dampak serius krisis iklim yang sudah mulai terjadi ini.

"Harapan kami, hasil survei ini dapat membuka mata para politisi dan pengambil kebijakan dan menjadi bukti bahwa krisis iklim perlu menjadi agenda politik utama di Indonesia sebagaimana krisis iklim menjadi isu politik di berbagai negara besar di dunia,” tegasnya.

Tanggapan beberapa politisi yang hadir

Menanggapi hasil survei ini, dalam kesempatan yang sama Politisi Partai Gerindra, Rahayu Saraswati mengatakan setuju bahwa temuan persepsi atau pandangan anak muda ini seharusnya dijadikan bahan kajian para politisi ke depannya.

"Survei ini adalah bekal dan data yang dapat kami bawa sebagai politisi milenial untuk memperjuangkan isu krisis iklim di partai. Realitanya, sedikit sulit untuk memperjuangkan isu ini di lapangan. Tetapi banyak partai yang membicarakannya. Berbicara dengan mayoritas DPR sekarang yang usianya di atas milenial, banyak yang belum melihat ini sebagai hot issue," kata dia.

Sementara itu, Walikota Bogor sekaligus Politis Partai Amanat Nasional (PAN), Bima Arya Sugiarto juga turut menanggapi positif atas hasil studi survei ini.

"Ini adalah survei bersejarah di Indonesia," kata Bima.

Bima menuturkan, hari ini atau merujuk ke masa sekarang ini di Indonesia, isu-isu lingkungan, sustainable development, dan climate change belum menjadi isu populis untuk para politisi saat pemilu dan pilkada.

Kemungkinannya dua, yaitu politisi tidak paham isu atau tidak paham bagaimana menjangkau pemilih pemula dan muda untuk memilih isu dan selanjutnya mengomunikasikan isu tersebut. Jadi lebih banyak menjadikannya sebagai gimmick. 

"Padahal kan anak muda suka yang substansial dan isu climate change seksi di mata anak muda," ujarnya.

Baca juga: Krisis Iklim Dunia, Pakar ITB: Perguruan Tinggi Harus Berperan Beri Bukti Saintifik

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com