Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Menakar Korelasi Perubahan Iklim dan Lingkungan terhadap Ekonomi Biru

Kompas.com - 15/09/2021, 16:05 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dr. A’an Johan Wahyudi

Ekonomi biru (blue economy) menurut Bank Dunia adalah pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut untuk pertumbuhan ekonomi, peningkatan mata pencaharian dan pekerjaan, yang selaras dengan usaha menjaga kesehatan ekosistem laut.

Penjelasan terperinci bisa diperoleh dari Perserikatan Bangsa Bangsa, bahwa ekonomi biru merupakan kegiatan ekonomi yang terdiri dari berbagai sektor ekonomi dan kebijakan terkait yang secara simultan menentukan, apakah penggunaan sumber daya laut dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Kesinambungan yang dimaksud di sini adalah mulai dari perikanan berkelanjutan sampai dengan kesehatan ekosistem untuk mencegah pencemaran.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Fisik Hewan Berubah, Kok Bisa?

Artinya, ekonomi biru memerlukan pengelolaan berkelanjutan atas potensi laut. Ekonomi biru akan membantu pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), yang salah satu tujuannya adalah "kehidupan di bawah air" (SDG 14).

Sesuai dengan rujukan tersebut, maka ekonomi biru terdiri dari berbagai sektor meliputi biodiversitas laut, perikanan tangkap, budidaya laut, transportasi maritim, bioteknologi maritim, mineral dan energi lepas pantai, wisata laut, ekosistem laut, konservasi, kesehatan laut, dan penyerapan karbon.

Luasnya cakupan sektor ekonomi biru, menjadikan terminologi ini dapat disederhanakan menjadi perekonomian berbasis laut yang berkelanjutan.

Dampak Perubahan Iklim dan Lingkungan

Pengaruh perubahan iklim terhadap sektor laut dan pesisir telah diketahui secara luas.

Beberapa di antaranya adalah kenaikan suhu permukaan laut dan peningkatan frekuensi fenomena iklim ekstrem.

Selain itu, perubahan lingkungan laut juga terjadi secara masif baik di level global maupun lokal.

Perubahan lingkungan yang diprediksi akan meningkat, di antaranya adalah pengasaman laut (akibat meningkatnya karbon dioksida dari atmosfer yang masuk ke laut), penurunan kadar oksigen air laut (akibat peningkatan suhu permukaan laut), eutrofikasi (akibat nutrien berlebih), dan pencemaran laut.

Meningkatnya konsentrasi karbondioksida di atmosfer secara drastis sejak masa revolusi industri, telah tampak nyata berpengaruh pada laut.

Baca juga: Sudah Terjadi, Ini Tanda Terjadinya Perubahan Iklim

Kenaikan tersebut secara simultan menyebabkan pemanasan global, kenaikan suhu permukaan laut, pengasaman laut, dan penurunan kadar oksigen.

Perubahan iklim dan lingkungan yang terjadi ini dapat dipastikan berdampak terhadap variabilitas laut.

Secara umum, layanan ekosistem laut akan mengalami pergeseran seiring dengan meningkatnya tekanan perubahan iklim dan lingkungan.

Dampak langsung perubahan iklim dan lingkungan adalah terjadinya perubahan habitat. Suhu permukaan laut yang meningkat 0,13 derajat celsius per dekade, berpotensi memengaruhi kekayaan hayati laut, misalnya perpindahan spesies, perubahan pola distribusi, dan dinamika adaptasi.

Peningkatan suhu permukaan laut juga akan berpengaruh pada menurunnya kelarutan oksigen air laut, menciptakan kondisi deoksigenasi, bahkan sampai pada potensi hipoksia (kondisi minimum oksigen terlarut) dan anoksia (kondisi tanpa oksigen).

Di sisi lain, karbon dioksida berlebih di atmosfer, berdampak pada penurunan nilai pH (keasaman) air laut.

Sampai akhir abad 21 ini, diperkirakan pH laut akan turun 0.3-0.4 pH unit, perubahan yang sangat besar bagi berbagai organisme laut.

Jika keasaman laut meningkat (pH turun), kemampuan laut menyerap karbon menjadi berkurang, akibatnya berpengaruh pada kemampuan laut dalam memoderasi iklim.

Peningkatan suhu permukaan laut, pengasaman laut dan deoksigenasi dipastikan akan menurunkan produksi perikanan.

Pengasaman laut menyebabkan terhambatnya pertumbuhan organisme berkapur mulai dari plankton, kerang, teripang, dan terumbu karang dengan tingkat sensitivitas 25-60%.

Dampak jangka panjangnya adalah pengaruh pada jejaring makanan di laut, keanekaragaman hayati, budidaya laut, bahkan sampai pada dampak ke masyarakat.

Produksi perikanan seperti hering, sarden, tuna dan berbagai ikan demersal diperkirakan terdampak dengan tingkat sensitivitas sampai 65%.

Tekanan perubahan lingkungan lainnya adalah eutrofikasi (kondisi nutrien dan mineral berlebih) dan pencemaran yang cenderung terjadi di wilayah pesisir.

Baca juga: 5 Dampak Perubahan Iklim jika Suhu Bumi Naik 2 Derajat Celsius

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com