Mekanisme selanjutnya yang juga dapat menyebabkan perubahan muka air laut adalah pemuaian panas. Hal ini terjadi saat adanya peningkatan suhu di atmosfer global yang menyebabkan air di laut juga ikut memanas.
Pada saat air di laut memanas, maka air akan menempati ruang lebih besar di lautan, seiring dengan kenaikan volumenya. Kenaikan suhu beberapa derajat akan memberikan efek kenaikan muka air laut beberapa meter.
Faktor alamiah lain yang juga bisa ikut berkontribusi pada perubahan muka air laut adalah yang dikenal dengan siklus Milankovitch. Siklus ini meliputi perubahan pada bentuk dari orbit bumi atau dikenal dengan istilah eksentrisitas, perubahan terhadap sudut kemiringan sumbu bumi terhadap bidang orbit bumi atau dikenal dengan oblikuitas, dan perubahan arah sumbu rotasi bumi atau dikenal dengan presesi.
Adanya penggerusan paparan daratan membuktikan adanya aktifitas manusia di dekat pesisir saat ini yang ikut mempengaruhi perubahan muka air laut.
Hal ini membuktikan bahwa permukaan air laut pada 20.000 tahun yang lalu tidak setinggi permukaan air laut yang sekarang, dengan kata lain muka air laut pada 20.000 tahun yang lalu memiliki elevasi yang lebih rendah daripada masa sekarang yaitu sekitar 120 m.
Contoh kegiatan manusia yang bisa berkontribusi pada perubahan muka air laut adalah adanya pengeboran atau eksploitasi air tanah berlebih di daerah-daerah sekitar pesisir.
Perubahan muka air laut sudah terjadi sepanjang sejarah bumi. Besaran dan waktunya juga sangat variatif. Dengan mempelajari perubahan muka air laut dari waktu ke waktu akan memberikan kita wawasan dan pengetahuan mengenai kejadian tektonik dan juga sejarah iklim yang terjadi di bumi.
Baca juga: Bukan Jakarta, Ahli Sebut Pekalongan dan Semarang Lebih Berisiko Tenggelam
Sejarah tektonik merupakan hal yang penting untuk dipahami karena dapat menggambarkan lokasi yang rentan akan gempa bumi, sedangkan sejarah iklim akan memberikan kita pemahaman mengenai proyeksi iklim di masa kini dan mendatang.
Pemahaman tersebut pada akhirnya dapat berdampak pada kebudayaan dan kebiasaan masyarakat yang ada pada suatu daerah, sehingga tektonik, iklim, dan lingkungan memiliki korelasi yang erat dalam tatanan kehidupan manusia.
Sejumlah metode telah digunakan untuk menentukan besaran dan waktu perubahan muka air laut. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mempelajari perubahan muka air laut masa lampau di antaranya adalah melalui pendekatan geologi yaitu dengan menggunakan pengamatan morfologi karang dan microatoll, kandungan fossil foraminifera dalam endapan sedimen laut dan karbonat, tiram dan teritip, endapan mangrove, dan morfostratigrafi.
Batuan karbonat adalah salah satu batuan yang dapat menjadi indikator terhadap perubahan muka air laut, karena batuan ini memberikan respon saat muka air laut berubah. Salah satu analisis yang dapat dilakukan melalui batuan karbonat yaitu dengan melakukan analisis komponen pada batuan karbonat untuk bisa mengetahui perubahan muka air laut di masa lampau dalam skala waktu geologi.
Batuan karbonat dapat dijumpai pada lingkungan perairan-peraian dangkal, di mana Indonesia merupakan salah satu tempat yang sangat strategis untuk mempelajari batuan karbonat.