Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Bahan Bakar Nabati Bioavtur Buatan Indonesia

Kompas.com - 07/10/2021, 18:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah pesawat dengan bahan bakar nabati, bioavtur buatan Indonesia telah berhasil diuji coba terbangkan untuk pertama kalinya kemarin, Rabu (6/10/2021).

"Hari ini sejarah telah tercipta, berkat dukungan dan kerjasama seluruh stakeholder yang terlibat, penerbangan perdana menggunakan bahan bakar nabati, campuran Bioavtur 2,4 persen yang telah dinanti bangsa Indonesia, akhirnya terlaksana menempuh jarak Bandung- Jakarta menggunakan pesawat CN235," kata Arifin Tasrif selaku Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam keterangan tertulisnya, Rabu (6/10/2021).

Uji terbang pesawat CN235-220 FTB (Flying Test Bed) miliki PT Dirgantara Indonesia, menggunakan campuran bahan bakar bioavtur, di Hanggar 2 PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF), Tangerang.

Kegiatan ini termasuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) Hilirisasi Industri Katalis dan Bahan Bakar Biohidrokarbon yang dikoordinasikan oleh Kementerian ESD.

Serta termasuk dalam etalase Prioritas Riset Nasional (PRN) Pengembangan Teknologi Produksi Bahan Bakar Nabati berbasis Minyak Sawit dan Inti Sawit, yang dikoordinasikan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

Baca juga: NASA Bersiap Uji Coba Bahan Bakar Roket Ramah Lingkungan

 

"Semua keberhasilan (uji terbang pesawat bahan bakar nabati) ini dimulai dari ambisi, kepercayaan diri dan keinginan untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara, tentunya kita tidak akan berhenti dan berpuas diri di tahapan ini," kata Arifin.

Arifin menambahkan penelitian dan pengembangan akan terus dilakukan untuk nantinya dapat menghasilkan produk J100 dan penggunaan bioavtur dilakukan pada seluruh maskapai Indonesia, dan bahkan mancanegara.

Berikut beberapa fakta tentang penerbangan perdana uji coba pesawat CN235-220 FTB berbahan bakar nabati, bioavtur buatan Indonesia.

1. Proses dan tahapan pengembangan bioavtur

Arif mengatakan, perjalanan panjang telah dilalui untuk sampai di tahap keberhasilan uji terbang. 

Dimulai melalui sinergi penelitian antara Pertamina Research dan Technology Innovation (Pertamina RTI) dan Pusat Rekayasa Katalisis Institut Teknologi Bandung (PRK-ITB) dalam pengembangan katalis “Merah- Putih” untuk mengkonversi minyak inti sawit menjadi bahan baku bahan bakar nabati yakni bioavtur pada tahun 2012. 

Baca juga: Solusi Limbah Medis, Sarung Tangan Lateks Diolah Jadi Bahan Bakar Diesel

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com