Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Bahan Bakar Nabati Bioavtur Buatan Indonesia

Kompas.com - 07/10/2021, 18:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Sehingga, salah satu strategi yang didorong Pemerintah untuk percepatan implementasi energi baru terbarukan (EBT) demi pencapaian target bauran energi EBT 23 persen di 2025 dan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yaitu melakukan substitusi energi primer dan final dengan teknologi eksisting. 

Setelah sukses dengan program MandatoriB30 utuk sektor transportasi darat, saat ini pemanfaatan bahan bakar nabati telah berhasil diuji coba untuk sektor transportasi udara. 

Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Novie Rianto menyampaikan apreasiasinya atas pencapaian pengembangan bahan bakar alternatif untuk pesawat udara di tanah air ini.

Hal ini menurutnya sejalan dengan roadmap Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang mendorong penggunaan bahan bakar alternatif untuk pesawat udara.

"Penggunaan bahan bakar nabati untuk pesawat merupakan wujud upaya menurunkan emisi karbon di sektor penerbangan, sesuai kebijakan yang dikeluarkan oleh ICAO," kata Novie.

Baca juga: Jaga Bumi, LIPI Tawarkan Konversi Biomassa Ganti Bahan Bakar Fosil

 

4. Potensi sektor ekonomi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto mengatakan, momentum ini menjadi salah satu upaya dalam mewujudkan Indonsia sebagai negara yang berbasis riset dan inovasi.

“Keberhasilan uji terbang bioavtur ini telah memberikan kepercayaan tinggi terhadap kemampuan kita dalam memanfaatkan sumber daya domestik, khususnya minyak sawit, untuk dimanfaatkan sebagai upaya membangun kemandirian energi nasional," kata dia.

"Oleh karenanya, hal ini akan berdampak pada pengurangan ketergantungan energi dari impor, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi," tambahnya.

Menurutnya, agar hal ini dapat terealisasikan, keekonomian Bioavtur J2.4 harus terpenuhi dengan memanfaatkan segala fasilitas yang telah diberikan oleh pemerintah, baik terkait perpajakan seperti super tax deduction untuk riset maupun insentif non fiskal. 

Dengan perkiraan konsumsi avtur harian sekitar 14 ribu KL, maka potensi pasar bioavtur J2.4 akan mencapai sekitar Rp 1,1 Triliun pertahunnya. 

Baca juga: Tiru Proses Fotosintesis, Ahli AS Berhasil Ciptakan Bahan Bakar Cair

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com