Sebab, dari kegiatan penelitian bioavtur ini, telah menghasilkan beberapa doktor, master dan sarjana, baik dari dalam maupun luar negeri.
Tidah hanya itu, penelitian terkait bioavtur ini juga telah dijadikan jurnal ilmiah internasional bereputasi tinggi, bekerja sama dengan Hokkaido University, Jepang, Asean University Networking/Southeast Engineering Education Development (AUN/SEED-Net), JICA dan Pertamina.
Ketua Tim Peneliti Katalis ITB, Prof Subagjo berharap agar riak kecil keberhasilan ini dapat memperbesar dan memicu terjadinya gelombang besar keberhasilan dalam bidang teknologi proses di tanah air.
Sehingga hal ini dapat diadopsi oleh bidang-bidang lain untuk menghasilkan perubahan yang sama, bahkan lebih besar.
Baca juga: Solusi Limbah Medis, Sarung Tangan Lateks Diolah Jadi Bahan Bakar Diesel
Mengacu kepada Paris Agreement, sektor aviasi termasukke dalam top ten global CO2 emitter, dimana diperkirakan emisi dari sektor ini akan meningkat tajam di pertengahan abad.
Emisi CO2 dari sektor penerbangan diperkirakan menyumbang sebesar 2,1 persen dari kontribusi global.
Sektor penerbangan internasional di bawah naungan International Civil Aviation Organization (ICAO) telah mengeluarkan target aspirasional yaitu efisiensi bahan bakar sebesar 2 persen per tahun hingga 2050 dan mencapaiCarbon Neutral Growth dari tahun 2020.
Uji coba pesawat berbahan bakar nabati ini juga sesuai dengan dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 tahun 2015 telah mengatur kewajiban pencampuran bahan bakar nabati dalam bahan bakar jenis avtur dengan persentase sebesar 3 persen pada tahun 2020, dan paa tahun 2025 akan meningkat menjadi bioavtur 5 persen.
Baca juga: Biofuel, Bahan Bakar Ramah Lingkungan Mulai Dipakai Kawasan ASEAN