Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Covid-19 Bisa Bikin Otak Lemot dan Pelupa? Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 05/10/2021, 17:31 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Contoh dari dampak long Covid, yakni pada organ paru, yang harusnya jaringannya normal, setelah terkena Covid-19 dan rusak, maka itu jaringannya rusak dan sembuh itu tergantikan oleh jaringan fibrosis.

"Jaringan ini nggak memberikan suatu kontribusi yang positif, malah akan berkontribusi secara negatif, karena ada ruang rugi di paru-paru kita yang tidak berfungsi," kata dia.

Lantas, bagaimana efek Covid-19 bikin lemot atau pelupa?

"Nah, di otak pun juga seperti itu," tambah Wirawan dalam webinar bertajuk Kenali Post-Covid-19 Syndrome oleh RSPI Group, Selasa (29/9/2021)

Jadi, dampak pasca-infeksi Covid-19 bisa terjadi karena mekanisme-mekanisme tersebut, atau juga bisa terjadi akibat dampak secara langsung. Misalnya terjadi pembekuan darah yang menyumbat di otak. Hal ini yang dikhawatirkan akan berdampak pada terganggunya sistem saraf otak penyintas Covid-19.

"Ketika itu terjadi, kita khawatir ada potensi bahwa kerusakan yang terjadi itu akan berdampak secara permanen," ujarnya.

Dalam pemaparannya, ia menganalogikan pasien dengan stroke, yang memiliki kematian dari sel-sel otak yang bisa terjadi dan berlangsung secara permanen.

Baca juga: Bagaimana Covid-19 Menyebabkan Kerusakan Otak Jangka Panjang?

 

Namun, tentu yang menjadi perbedaan adalah bagaimana kita bisa mengidentifikasi dan merehabilitasi sedini mungkin untuk mengurangi dampak jangka panjang infeksi Covid-19 terhadap sistem sarafnya.

"Sehingga, lambat berpikirnya, lemotnya, pelupanya (dampak long Covid) mekanisme ini bisa terjadi. Apakah bisa hilang? Ya tentu tergantung seberapa awal kita bisa mengidentifikasi dan mengobatinya," jelasnya.

Ia menambahkan, jika dampak seperti lambat berpikir atau lemot, dan pelupa pasca infeksi Covid-19 ini tidak terdeteksi lebih dini dan terjadi berlarut-larut, maka hal ini bisa jadi permanen.

Lantas, bagaimana mengatasi risiko dampak keterlambatan berpikiran dan pelupa usai terinfeksi Covid-19?

Wirawan berkata, untuk mengatasi potensi risiko dampak negatif yang satu ini, tentunya bisa dilakukan dengan banyak hal tergantung dengan faktor penyebab atau risikonya. Jika dampak tersebut diakibatkan oleh peradangan yang dialami penyintas Covid-19, maka peradangan tersebut harus segera diatasi.

"Kalau misalnya (lemot dan pelupa) terjadi akiba pembekuan darah, ya tentu pembekuan darahnya kita obati," tuturnya.

"Jadi banyak cara (efek lemot dan pelupa pasca-Covid-19 terjadi), satu gejala beribu mekanisme. Ini yang bahaya pada Covid-19," tambahnya.

Baca juga: Peneliti Ungkap 1 dari 3 Orang yang Sembuh dari Covid-19 Menderita Gangguan Otak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com