HAI Eli, manusia sudah mempertanyakan hal ini selama ribuan tahun.
Sejak era Yunani kuno, ahli matematika Metrodorus (400-350 SM) mencoba menjawabnya: Meyakini alam semesta dengan Bumi sebagai “satu-satunya dunia,” sama saja dengan mempercayai adanya “suatu ladang besar yang hanya memiliki setangkai tanaman.”
Menurutnya, hal ini tidak mungkin.
Sekitar 2.000 tahun kemudian, pada abad ke-16, filsuf Italia Giordano Bruno menyatakan hal serupa.
“Matahari dan bumi yang tak terhitung jumlahnya” pasti ada di tempat lain, katanya, dan semua “berputar mengeilingi mataharinya, dengan cara yang persis sama dengan planet-planet di sistem tata surya kita.”
Baca juga: 5 Fakta Merkurius, Planet Terdekat dengan Matahari
Para ilmuwan sekarang mengetahui bahwa Metrodorus dan Bruno pada dasarnya benar. Saat ini, astronom seperti saya sedang mempelajari pertanyaan ini dengan cara-cara baru.
Ada bukti yang menunjukkan keberadaan “eksoplanet.” Planet-planet ini mengorbit bintang lain – bukan matahari kita.
Bukti itu ditemukan oleh teleskop luar angkasa Kepler yang diluncurkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada 2009.
Selama empat tahun, teleskop tersebut terus menerus mengawasi satu wilayah ruang angkasa di rasi Cygnus. Jika dilihat dari Bumi, maka wilayah tersebut hanya kurang dari 1% area langit yang kita pandang.
Teleskop Kepler memiliki 42 kamera, mirip dengan jenis kamera smartphone yang kamu gunakan untuk mengambil gambar. Di suatu kawasan di ruang angkasa, teleskop ini mampu mengenali lebih dari 150 ribu bintang.
Setiap setengah jam, teleskop Kepler mengamati jumlah cahaya yang memancar dari setiap bintang. Nah, di Bumi, tim ilmuwan Kepler memeriksa datanya.
Untuk sebagian besar bintang, jumlah pancaran cahayanya hampir sama dari waktu ke waktu.
Tapi, selama beberapa jam, ada sekitar 3.000 bintang yang memiliki pancaran cahaya yang menurun sedikit demi sedikit. Penurunan kecerahan ini terjadi secara berkala, seperti jam yang berdetak.
Baca juga: Bagaimana Keadaan Bumi 500 Tahun ke Depan?
Para astronom menyimpulkan, penurunan pancaran cahaya terjadi karena ada sebuah planet yang mengorbit bintangnya. Selama perputaran itu, sang planet secara berkala menghalangi sebagian cahaya yang ditangkap kamera Kepler.
Peristiwa ketika sebuah planet melintas di antara bintang dan teleskop ini dikenal sebagai transit.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.