Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti: Indonesia Hadapi Tantangan Pemberdayaan Keanekaragaman Hayati

Kompas.com - 24/08/2021, 12:01 WIB
Aisyah Sekar Ayu Maharani,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang begitu besar. Karenanya, terdapat tantangan yang dihadapi dalam upaya pemberdayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki.

Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Endang Sukara, Peneliti dan Ahli Kajian Mikrobiologui dan Biodiversitas dalam acara LIPI Sarwono Award XIX, Senin (23/8/2021).

"Tantangan besar yang kita hadapi sehubungan dengan kekayaan alam dan sumber daya alam hayati, itu pastinya kita masih sangat jauh dari kata cukup untuk bisa membaca keanekaragaman hayati itu sampai ke genetik molekuler atau metabolit-metabolit yang dihasilkan," kata Prof. Endang.

Menurutnya, tanpa mengetahui material genetik dan metabolik dalam keanekaragaman hayati yang dihasilkan oleh makhluk hidup, mungkin manusia tidak akan bisa mendapatkan manfaat yang lebih.

Prof. Endang mengatakan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa sehingga harus diikuti oleh ilmu pengetahuan di dalamnya.

Baca juga: Keanekaragaman Indonesia Peringkat Pertama Pusat Biodiversitas Dunia

 

Keanekaragaman hayati sangat diperlukan untuk pembangunan berkelanjutan masa depan Indonesia.

Untuk itu, penelitian harus dilakukan agar mampu mendapatkan manfaat yang baik tanpa merusak lingkungan.

"Oleh karena itu, harus dikonservasi. Harus dilakukan studi yang mendalam." tegas Prof. Endang.

Bersama dengan Prof. Dr. Dwi Listyo Rahayu, Prof. Endang dinobatkan sebagai penerima penghargaan LIPI Sarwono Award ke-19 tahun 2021.

Pria kelahiran Tasikmalaya 9 September 1952 ini telah mendedikasikan separuh hidupnya untuk meneliti keanekaragaman hayati (biodiversitas) di Indonesia.

Baca juga: Ikan Asing Sumber Kerusakan Keanekaragaman Hayati Indonesia, Mengapa?

Rusa-rusa jenis Timorensis yang hidup di Taman Keanekaragaman Hayati Indramayu. KOMPAS.com/MOHAMAD UMAR ALWI Rusa-rusa jenis Timorensis yang hidup di Taman Keanekaragaman Hayati Indramayu.

Prof. Endang menempuh gelar sarjana dan master di Universitas Nasional Indonesia, serta menempuh gelar doktor di University of Queensland, Australia.

Ketertarikannya terhadap keanekaragaman hayati muncul saat ia sedang menempuh gelar master dan menjadi Counter Part pertama Indonesia untuk peneliti asing.

Ia memiliki keyakinan bahwa keanekaragaman hayati memang harus diteliti agar dapat mengetahui apa manfaatnya untuk keberlangsungan kehidupan.

Yakinnya, setelah dilakukan penelitian, akan muncul nilai keanekaragaman hayati yang bisa berguna tidak hanya bagi orang Indonesia tetapi juga untuk seluruh dunia.

Baca juga: Krisis Keanekaragaman Hayati Ada Sejak Jutaan Tahun Lalu, Penyebabnya Manusia

 

Prof. Endang merupakan sosok penting dalam lembaga dan organisasi ilmiah, serta telah menerima banyak penghargaan selain penghargaan LIPI Sarwono Award ke-19 yang diterimanya tahun ini.

Salah satu penghargaan miliknya yang paling fenomenal adalah International Alumnus of The Year dari University of Queensland tahun 2014.

Penghargaan tersebut diberikan atas kiprahnya dalam kajian biodiversitas dan konservasi di Indonesia.

Selain fokus pada penelitian keanekaragaman hayati, Prof. Endang juga aktif mengajar sebagai dosen di beberapa Universitas, salah satunya adalah di Kyoto University pada tahun 2013 hingga 2014.

Baca juga: WWF: Keanekaragaman Hayati Hilang Besar-besaran karena Ulah Manusia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com