Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Penampilan Necis Soekarno: Paling Suka Baju Warna Cokelat, Abu-abu dan Putih

Kompas.com - 17/08/2021, 16:03 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam setiap penampilannya, Soekarno terlihat necis, baju setelan jas bergaya militer, tak lupa tongkat komando selalu mengiringi langkahnya. Penampilannya itu berhasil mencuri perhatian, bahkan hingga saat ini dalam rekam foto-fotonya, pesona Bung Karno masih terpancar.

Soekarno memang pengagum keindahan sehingga tak heran tercermin juga dalam penampilannya.

Bibit itu pun sudah ada sedari ia muda, meski ia sendiri berasal dari keluarga yang tak berpunya. Namun menurut Soekarno, kesengsaraan tak ada hubungannya dengan gaya dan seleranya dalam berpenampilan.

Dalam buku Tembak Bung Karno Rugi 30 Sen yang ditulis oleh Walentina Waluyanti de Jonge, di situ digambarkan bagaimana kesusahannya keluarga Soekarno.

Makan sehari sekali kadang tak mampu. Untuk membeli beras paliing murah saja tak bisa sehingga tak jarang harus makan ubi kayu dan jagung tumbuk.

Saat Idul Fitri, Soekarno harus gigit jari karena tak bisa membeli petasan seperti teman-temannya, padahal harganya hanya satu sen.

Baca juga: Kisah Soekarno dan Hatta yang Gandrung Menulis

 

Gaya penampilan Soekarno berhasil membuatnya menjadi kiblat mode pria di Indonesia. Bukti paling nyata dan masih bisa kita lihat hingga saat ini adalah pemakaian peci.

Kemudian setelah itu, jas putih, setelan safari lengan pendek dan panjang, atau baju bergaya militer beserta tongkat komando tak lepas dari citra seorang Soekarno.

Soal gaya pakaian militer, meski ia bukan orang militer, rupanya Sukarno punya alasan tersendiri. Katanya, kalau berpakaian militer, maka secara mental ia berselubung kepercayaan diri.

"Supaya kelihatan gagah dan tampan tak perlu biaya yang besar. Kita harus berpakaian yang pantas dan kelihatan sebagai pemimpin," katanya.

Soekarno jelas tahu bagaimana mempresentasikan dirinya sendiri. Sebab penampilannya itu semua ia rancang sendiri.

Penampilan Soekarno ditunjang lagi dengan gestur, wajah terangkat, dada tegap, dan cara bicara yang penuh percaya diri, ia seakan tak kalah pamor dengan pemimpin bangsa lain, padahal Indonesia yang baru saja lahir dan tak punya uang.

Baca juga: Soal Dokumentasi Proklamasi Indonesia, Soekarno Awalnya Enggan Rekam Suara

Im Yang Tjoe menuliskan untaian kata yang ditujukan untuk Ir. Soekarno. Kalimat itu terperikan dalam bukunya berjudul Soekarno Sebagi Manoesia, yang diterbitkan Boekhandel ?Ravena? di Solo pada 1933.Di Bawah Bendera Revolusi, 1964 Im Yang Tjoe menuliskan untaian kata yang ditujukan untuk Ir. Soekarno. Kalimat itu terperikan dalam bukunya berjudul Soekarno Sebagi Manoesia, yang diterbitkan Boekhandel ?Ravena? di Solo pada 1933.

Akan tetapi, berpakaian pantas dan rapi rupanya juga pernah jadi masalah bagi Soekarno.

Ceritanya, saat ia akan menikah dengan Oetari, puteri HOS Tjokroaminoto, Soekarno bersitegang dengan penghulu gara-gara menggunakan dasi.

Penghulu menolak menikahkan jika Soekarno tak melepas dasi karena dianggap sebagai budaya Kristen. Soekarno yang tak mengerti larangan itu pun menolak dan marah.

"Persetan, tuan-tuan semua! Saya pemberontak dan saya akan selalu memberontak. Saya tak mau didikte orang pada hari perkawinan saya," ungkap Soekarno kala itu.

Ada pula kejadian menarik soal fashion Sang Putera Fajar. Saat Soekarno tiba di Jakarta 9 Juli 1942 dari pengasingan di Sumatra, bukannya membahas soal perjuangan bangsa, Soekarno justru ngobrol soal penjahit baju.

Penjemputnya saat itu adalah Anwar Tjokroaminoto, anak Tjokroaminoto. Ia menggunakan jas berwarana ivory.

Soekarno yang melihatnya pun memuji dan bertanya di mana ia menjahit jasnya itu. Pasalnya, Soekarno sadar kalau jas putih yang ia kenakan sudah ketinggalan zaman dibandingkan milik Anwar.

Baca juga: Fakta Selempang Bima Sakti, Namanya Diusulkan Presiden Soekarno

 

Soal penampilan juga diceritakan oleh Bambang Widjanarko, ajudan Bung Karno selama delapan tahun, dalam bukunya Sewindu Dekat Bung Karno.

Bambang mengisahkan, Bung Karno selalu ingin tampil menarik dan meyakinkan. Untuk alasan itu, Bung Karno memilih semua pakaian yang ia kenakan, mulai dari bahan, warna, atau modelnya.

"Pakaian seragam yang ia senangi berwarna cokelat, abu-abu, dan putih. Sedangkan pakaian sipil lengkap, berwarna hitam dan biru tua dengan dasi merah tua," tulis Bambang.

Tetapi penampilan necis, flamboyan Soekarno seakan sirna saat sedang acara bebas. Soekarno akan tampil apa adanya dan malah berpakaian sederhana.

Menurut Bambang, Sukarno akan menggunakan pakaian dalam lama yang ia senangi, celana kolor putih, dan kaus oblong warna yang sama. Semuanya dari katun.

"Jarang sekali Bung Karno memakai baju baru saat bebas dan santai. Menurutnya, baju itu makin lama makin enak dipakai," ungkap Bambang.

Lalu ia akan berjalan-jalan di seputar istana dengan menggunakan sandal atau bahkan bertelanjang kaki. Soekarno juga akan melepas penat di kursi nyamannya. Bukan yang terbuat dari kulit atau beludru, melainkan kursi rotan biasa.

Baca juga: Menilik Jejak Masyumi, Partai Politik Besar yang Bubar di Era Soekarno

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com