Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/08/2021, 09:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Tapi masih ada masalah lain. Rupanya, saat momen proklamasi kemerdekaan hanya ada dokumentasi berupa foto, sementara rekaman suaranya tak ada.

Faktor keamanan adalah alasannya. Saat itu, meski sudah menyerah kepada Sekutu, Jepang masih memegang pengawasan atas Indonesia.

Tak kehilangan akal, Yusuf Ronodipuro salah satu pendiri Radio Republik Indonesia (RRI) kemudian meminta Soekarno untuk merekam pembacaan teks tersebut.

Niat itu awalnya tak disetujui, karena menurut Soekarno peristiwa bersejarah itu hanya berlaku satu kali.

Untung saja setelah dibujuk, suara Soekarno dapat direkam di Studio RRI Jakarta pada 1951. Kemudian, master rekaman dikirimkan ke Studio Lokananta, Solo untuk digandakan dan disebarluaskan ke seluruh Indonesia.

Piringan hitam yang dipakai untuk merekam suara Soekarno itu merknya Lenco, tipe L78 buatan Swiss. Saat ini, piringan hitam itu menjadi salah satu koleksi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Kini lengkap sudah, dengan foto serta rekaman suara Soekarno, generasi-generasi saat ini dan di masa mendatang dapat membayangkan bagaimana detik-detik kelahiran Indonesia.

Baca juga: Kisah Pembuatan Sandi Pertama pada Awal Kemerdekaan Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com