Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

75 Tahun Kemerdekaan RI, Masyarakat Adat Masih Berjuang untuk Kesetaraan

Kompas.com - 17/08/2020, 12:01 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Fidelis Eka Satriastanti dan Sophie Chao

MASYARAKAT adat telah berjuang bersama dengan gerakan pemuda untuk membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun, dibanding peran para elite pemuda terdidik, hampir tidak ada buku sejarah yang menuliskan peran masyarakat adat dalam perjuangan kemerdekaan melawan kolonialisme.

Rendahnya representasi ini menggambarkan marjinalisasi terhadap masyarakat adat yang masih berlanjut bahkan setelah Indonesia merdeka selama 75 tahun.

Padahal, pengetahuan tradisional dan cara hidup masyarakat adat adalah kekuatan penting, yang bahkan bisa bertahan terhadap wabah COVID-19 yang sedang melanda dunia. Mereka juga merupakan penjaga hutan dan lingkungan dari generasi ke generasi.

Namun, hingga kini, mereka juga berjuang melawan stigma dan menghadapi tekanan-tekanan di negara sendiri.

Masyarakat adat, yang berjumlah hampir 20 juta dari 268 juta penduduk Indonesia, kerap mendapatkan pandangan negatif sebagai masyarakat “kotor, primitif, terbelakang, asing, hingga perambah hutan.”

Ini membuat mereka menjadi tidak terepresentasikan, secara ekonomi, sosial, politik, dan budaya.

Komunitas adat juga menghadapi tekanan akibat pilihan ekonomi pemerintah yang membuat mereka kehilangan hutan adat demi investasi sektor kehutanan, pertambangan dan perkebunan skala besar.

Pejuang kemerdekaan

Tidak banyak buku sejarah akan mengungkapkan bagaimana masyarakat adat angkat senjata bersama gerakan pemuda dalam perjuangan kemerdekaan dan akhirnya bisa membentuk Republik Indonesia.

Rukka Sombolinggi, dari suku Toraja, Sulawesi Selatan, menjelaskan perjuangan ini berdasarkan sejarah keluarga sendiri. Rukka mengenang kakek buyut dan kakeknya sebagai pejuang kemerdekaan yang langsung berperang dengan para pelajar.

Ia kini menjabat sebagai sekretaris jenderal Aliansi Adat Masyarakat Nusantara (AMAN) yang mewakili 2.366 komunitas adat atau lebih dari 18 juta individual di seluruh Indonesia.

“Kakek saya meninggal sebagai veteran. Buku-buku sejarah mungkin tidak sebutkan soal masyarakat adat yang ikut perang mengusir kolonialisme, namun ada ratusan ribu itu yang mati dalam perang. Tapi, ya sayangnya sejarah hanya yang pemuda saja,” jelasnya.

Sandra Moniaga, Komisioner Pengkajian dan Penelitian di Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), mengatakan bahwa sebagian masyarakat adat menolak bekerja sama dengan Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, seperti masyarakat Sedulur Sikep di Jawa.

Sandra menambahkan bahwa Masyarakat Adat mempunyai kontribusi khusus dalam kemerdekaan Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com