Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/08/2021, 09:03 WIB
Monika Novena,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Suasana khidmat begitu terasa saat Soekarno membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia, 76 tahun yang lalu. Momen itu terekam dalam sebuah foto yang masih bisa kita saksikan hingga hari ini.

Foto bersejarah itu pun menjadi bukti penting kalau peristiwa itu memang benar-benar terjadi. Bukan hoaks.

Namun, siapakah sebenarnya orang yang mengabadikan momen bersejarah tersebut? Adalah dua kakak beradik bernama Alexius 'Impurung' Mendur dan Frans Mendur yang menjadi fotografer peristiwa saat teks proklamasi dibacakan.

Baca juga: 17 Agustus, Ternyata Ada Momentum Penting Selain Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dikutip dari situs resmi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, keduanya, yang merupakan wartawan Java Bode sebenarnya tak mendapatkan tugas untuk mengambil foto proklamasi kemerdekaan.

Tetapi, naluri jurnalis mereka mengatakan hal yang lain. Bergegas mereka menuju Jalan Pegangsaan Timur nomer 56, Jakarta yang menjadi tempat acara proklamasi kemerdekaan berlangsung. Mereka yakin betul kalau momen itu akan menjadi peristiwa penting bangsa ini.

Sayangnya, usai menghadiri acara proklamasi kemerdekaan, keduanya ditangkap tentara Jepang. Kamera Alex dirampas dan fotonya dibakar.

Beruntung, Frans masih sempat menyelamatkan rol film dan menguburnya di halaman kantor harian Asia Raya.

Saat situasi sudah aman, negatif film diambil kembali. Perjuangan Alex dan Frans belum berakhir, mereka harus mencetak foto tersebut.

Jerih payah mereka terbayar dan hasilnya bisa kita lihat hingga hari ini.

Bayangkan saja, jika mereka berdua tak berhasil menyembunyikan rol film itu, mungkin tak akan ada pula jika ada peristiwa proklamasi Indonesia.

Baca juga: Bukan di Istana Merdeka, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Dilakukan di Tempat Ini

Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.Kemdikbud Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Tapi masih ada masalah lain. Rupanya, saat momen proklamasi kemerdekaan hanya ada dokumentasi berupa foto, sementara rekaman suaranya tak ada.

Faktor keamanan adalah alasannya. Saat itu, meski sudah menyerah kepada Sekutu, Jepang masih memegang pengawasan atas Indonesia.

Tak kehilangan akal, Yusuf Ronodipuro salah satu pendiri Radio Republik Indonesia (RRI) kemudian meminta Soekarno untuk merekam pembacaan teks tersebut.

Niat itu awalnya tak disetujui, karena menurut Soekarno peristiwa bersejarah itu hanya berlaku satu kali.

Untung saja setelah dibujuk, suara Soekarno dapat direkam di Studio RRI Jakarta pada 1951. Kemudian, master rekaman dikirimkan ke Studio Lokananta, Solo untuk digandakan dan disebarluaskan ke seluruh Indonesia.

Piringan hitam yang dipakai untuk merekam suara Soekarno itu merknya Lenco, tipe L78 buatan Swiss. Saat ini, piringan hitam itu menjadi salah satu koleksi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Kini lengkap sudah, dengan foto serta rekaman suara Soekarno, generasi-generasi saat ini dan di masa mendatang dapat membayangkan bagaimana detik-detik kelahiran Indonesia.

Baca juga: Kisah Pembuatan Sandi Pertama pada Awal Kemerdekaan Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com